Perempuan tua dan
Hantu Jadi-jadian
Flora Annie Steel
Dahulu kala ada seorang
wanita tua yang
sangat-sangat gembira
dan selalu penuh dengan
sukacita, walaupun
hampir tidak memiliki
apa-apa, dan dia sudah
tua, miskin dan tinggal
sendirian. Dia tinggal di
sebuah pondok kecil dan
menghidupi dirinya
dengan membantu
tetangganya
mengantarkan pesanan,
dia hanya mendapatkan
sedikit makanan, sedikit
sup sebagai upahnya.
Dia selalu giat bekerja
dan selalu terlihat.
Disuatu sore, di musim
panas, ketika dia
berjalan pulang ke
rumahnya, dengan
penuh senyuman
seperti biasanya, dia
menemukan sebuah pot
hitam yang besar
tergeletak di tanah!
"Oh Tuhan!" katanya,
"Pot ini akan menjadi
tempat yang bagus
untuk menyimpan
sesuatu apabila saya
mempunyai apa-apa
yang dapat disimpan
disana! Sayangnya saya
tidak memiliki apa-apa!
Siapa yang telah
meletakkan pot ini
disini?"
Kemudian dia melihat ke
sekeliling berharap
bahwa pemiliknya tidak
jauh dari sana, tapi dia
tidak melihat siapapun
disana.
"Mungkin pot ini memiliki
lubang," katanya
lagi,"dan karena itulah
pot ini dibuang. Tapi pot
ini akan sangat bagus
bila saya meletakkan
setangkai bunga dan
menaruhnya di jendela
rumahku, saya akan
membawanya pulang."
Dan ketika dia
mengangkat tutupnya
dan melihat ke dalam.
"Ya ampun!" teriaknya
dengan terkagum-
kagum. "Penuh dengan
emas. Betapa
beruntungnya saya!"
Di dalam pot tersebut
dilihatnya tumpukan
koin emas yang berkilap.
Saat itu dia begitu
terpana dan tidak
bergerak sama sekali,
kemudian akhirnya dia
berkata
"Saya merasa sangat
kaya sekarang, benar-
benar kaya raya!"
Setelah dia
mengucapkan kata-
kata ini beberapa kali,
dia mulai berpikir
bagaimana dia dapat
membawa harta karun
itu kerumahnya. Pot
berisi emas itu begitu
berat untuk dibawa,
dan dia tidak
menemukan cara yang
baik selain mengikat pot
itu pada ujung
selendangnya dan
menariknya sampai ke
rumah.
"Sebentar lagi hari akan
menjadi gelap," katanya
sendiri dan mulai
berjalan. "Ah.. sekarang
lebih baik! karena
tetanggaku tidak akan
melihat apa yang saya
bawa pulang ke rumah,
dan saya bisa sendirian
saja sepanjang malam,
memikirkan apa yang
saya akan lakukan
dengan emas ini!
mungkin saya akan
membeli rumah yang
besar dan duduk-duduk
di perapiannya sambil
menikmati secangkir
teh dan tidak bekerja
lagi seperti seorang
Ratu. Atau mungkin
saya akan mengubur
emas ini di taman dan
meyimpan sedikit emas
ini di teko tua ku, atau
mungkin .. wah.. wah..
saya merasa tidak
mengenal diri saya
sekarang."
Sekarang dia merasa
lelah karena menarik
pot yang berat itu,
berhenti sejenak untuk
beristirahat, dan
berbalik melihat ke
hartanya.
Dan dilihatnya pot itu
tidak berisi emas, tapi
hanya tumpukan koin
perak di dalamnya.
Dia menatap pot itu dan
menggosok matanya,
dan menatap kembali.
"Saya berpikir bahwa
pot tadi berisi emas!
Saya mungkin bermimpi.
Tapi ini adalah
keberuntungan! Perak
lebih tidak
menyusahkan,
gampang di pakai, dan
tidak mudah dicuri. Koin
emas mungkin
membawa kematian
untuk saya, dan dengan
setumpuk koin perak
ini..."
kemudian dia berjalan
lagi sambil memikirkan
apa yang harus
dilakukannya, dan
merasa seperti orang
kaya, hingga akhirnya
dia keletihan lagi dan
berhenti beristirahat
dan menengok kembali
apakah hartanya masih
aman; dan saat itu dia
tidak melihat perak,
melainkan setumpuk
besi!
"Saya menyangka pot
itu berisi perak! saya
pasti bermimpi, Tapi ini
adalah keberuntungan!
sungguh
menyenangkan. Saya
dapat menjual dan
mendapatkan satu
penny untuk satu besi
tua ini, dan satu penny
lebih gampang di bawa
dan di atur dibandingkan
emas dan perak.
Mengapa! karena saya
tidak harus tidur dengan
gelisah karena takut di
rampok. Tapi satu
penny betul-betul dapat
berguna dan saya
seharusnya menjual
besi-besi itu dan
menjadi kaya, benar-
benar kaya."
kemudian dia berjalan
lagi sambil memikirkan
apa yang harus
dilakukannya dengan
uang penny nya nanti,
hingga sekali lagi dia
berhenti beristirahat
dan menengok kembali
apakah hartanya masih
aman; dan kali ini dia
tidak melihat apa-apa
selain batu-batu besar
dalam pot itu.
"Saya menyangka pot
itu berisi bersi! saya
pasti bermimpi, Tapi ini
adalah keberuntungan!
karena saya sudah lama
menginginkan batu
besar untuk menahan
agar pintu pagar saya
tetap terbuka. Sungguh
hal yang baik memiliki
keberuntungan."
Dia menjadi sangat ingin
melihat bagaimana batu
itu nanti bisa menahan
pintu pagarnya agar
selalu terbuka, dia
akhirnya berjalan terus
hingga tiba di
pondoknya. Dia
membuka pintu
pagarnya, berbalik
untuk melepaskan
selendangnya dari batu
besar yang tergeletak di
belakangnya. Tetapi apa
yang dilihatnya bukanlah
batu besar, melainkan
serpihan-serpihan batu.
Sekarang dia
membungkuk dan
melepaskan ujung
selendangnya, dan -
"Oh!" Tiba-tiba dia
terlonjak kaget, sebuah
jeritan, dan mahkluk
yang sebesar tumpukan
jerami, dengan empat
kaki yang panjang dan
dua telinga yang
panjang, memiliki ekor
panjang, menendang-
nendang ke udara
sambil memekik dan
tertawa seperti anak
yang nakal!
Wanita tua itu
memandangnya sampai
makhluk itu menghilang
dari pandangan,
kemudian akhirnya
perempuan itu tertawa
juga.
"Baiklah!" katanya
sambil tertawa, "Saya
beruntung! Cukup
beruntung. Sungguh
senang bisa melihat
hantu jadi-jadian dengan
mata kepala sendiri, dan
bebas darinya juga! Ya
Tuhan, saya merasa
sangat bahagia!"
Kemudian dia masuk ke
pondoknya dan tertawa
sepanjang malam
membayangkan
kejadian tadi dan
merasa betapa
beruntungnya dia hari
ini.