Peri Ikan
Ignacz Kunos
(Ignácz Kúnos)
Dahulu ada orang yang
bernama Mahomet,
yang hidup sebagai
nelayan dengan
menangkap ikan dan
menjualnya. Suatu hari
dia menderita sakit
keras dan tidak
mempunyai harapan lagi
untuk sembuh, hingga
sebelum dia meninggal,
dia berpesan kepada
istrinya bahwa istrinya
harus tidak pernah
membuka rahasia
kepada anak laki-laki
satu-satunya yang saat
itu masih sangat kecil
bahwa selama ini
mereka hidup dari hasil
penjualan ikan.
Ketika nelayan itu
meninggal dan waktu
terus berlalu hingga
anaknya beranjak
dewasa dan mulai
berpikir untuk
mendapatkan
pekerjaan. Dia telah
mencoba banyak hal,
tetapi dia tidak pernah
berhasil. Setelah ibunya
juga meninggal, anak itu
akhirnya menjadi
sendirian dan hidup
dalam kemiskinan,
tanpa makanan dan
uang. Suatu hari dia
masuk ke gudang
rumahnya, berharap
bahwa dia akan
menemukan sesuatu
untuk dijual.
Dalam pencariannya, dia
menemukan jala
ayahnya. Dengan
melihat jala ini, dia
akhirnya sadar bahwa
semasa muda, ayahnya
adalah seorang nelayan.
Lalu dia mengambil jala
itu keluar dan pergi ke
laut untuk menangkap
ikan. Karena kurang
terlatih, dia hanya dapat
menangkap dua buah
ikan, dimana yang satu
dijualnya untuk membeli
roti dan kayu bakar.
Ikan yang satunya lagi
dimasak dengan kayu
bakar yang dibelinya
tadi, dan dimakannya,
saat itu dia
memutuskan untuk
menjadi nelayan.
Suatu hari dia
menangkap seekor ikan
yang sangat cantik
sehingga dia tidak rela
untuk menjual atau
memakannya sendiri.
Dia lalu membawanya
pulang ke rumah,
menggali sebuah sumur
kecil, dan menempatkan
ikan tersebut disana.
Kemudian dia lalu tidur
karena kelelahan dan
kelaparan dan berharap
bahwa keesokan
harinya dia dapat
bangun lebih pagi dan
menangkap ikan yang
lebih banyak.
Keesokan hari, saat
pergi menangkap ikan
dan pulang di malam
hari, dia mendapati
rumahnya menjadi
sangat bersih dan telah
di sapu selama dia tidak
berada di sana. Dia
menyangka bahwa
tetangganya datang
dan membersihkan
rumahnya, dan atas
kebaikan tetangganya
membersihkan
rumahnya, dia berdoa
agar tetangganya
tersebut mendapat
berkah dari Tuhan.
Keesokan harinya, dia
bangun seperti biasa,
dengan gembira dia
menengok ikannya yang
ada di sumur kecil dan
pergi untuk bekerja lagi.
Pada saat pulang di
malam hari, dia kembali
menemukan bahwa
rumahnya menjadi
bersih dan rapih.
Kemudian dia menghibur
dirinya sendiri dengan
memandangi ikannya,
lalu pergi ke kedai
dimana disana dia
berpikir, siapa kira-kira
yang telah merapihkan
rumahnya. Saat sedang
berpikir, salah seorang
temannya bertanya,
apa yang dipikirkannya.
Dan anak nelayan
tersebut menceritakan
semua kisahnya.
Akhirnya temannya
berkata bahwa dia
harus mengunci
rumahnya sebelum
berangkat dan
membawa kuncinya,
hingga tidak ada orang
yang bisa masuk ke
dalam.
Anak nelayan tersebut
akhrnya pulang ke
rumah, dan keesokan
harinya, dia pura-pura
akan keluar bekerja. Dia
membuka pintu dan
menutupnya kembali,
kemudian dia
bersembunyi di dalam
rumah. Saat itu juga dia
melihat ikannya
meloncat keluar dari
sumur dan
menggoyangkan dirinya,
berubah menjadi besar
dan akhirnya kulit ikan
menjadi terkelupas dan
anak nelayan tersebut
melihat seorang wanita
yang sangat cantik
jelita. Dengan cepat
anak nelayan itu
mengambil kulit ikan
yang terkelupas tadi
dan membuangnya ke
dalam perapian.
"Kamu seharusnya tidak
melakukan hal itu," kata
wanita itu, "Tapi apa
boleh buat, yang terjadi
biarlah terjadi dan tidak
usah dipermasalahkan
lagi."
Setelah terbebas,
wanita tersebut dilamar
oleh si anak nelayan dan
wanita tersebut
menyetujui lamarannya,
segala persediaan telah
di buat untuk
pernikahan mereka.
Semua yang melihat
wanita itu menjadi
kagum dan terpana oleh
kecantikannya dan
mereka berbisik-bisik
bahwa wanita tersebut
lebih pantas menjadi
pengantin seorang
Padishah (Sultan). Kabar
ini dengan cepat
menyebar ke telinga
Padishah, lalu Padishah
memerintahkan agar
wanita tersebut di
bawa ke hadapannya.
Saat Padishah melihat
wanita yang sangat
cantik jelita itu, dia
langsung jatuh cinta,
dan bertujuan untuk
menikahinya.
Karena itu dia menemui
anak nelayan tersebut
dan berkata "Jika dalam
empat-puluh hari kamu
bisa membangunkan
saya istana dari emas
dan permata di tengah-
tengah lautan, saya
tidak akan mengambil
wanita yang akan kamu
nikahi itu, tetapi apabila
kamu gaga, saya akan
mengambilnya dan
membawanya pergi."
Lalu anak nelayan itu
pulang ke rumah dengan
hati sedih dan
menangis. "Mengapa
kamu menangis?" tanya
wanita yang merupakan
peri ikan itu. Anak
nelayan tersebut lalu
menceritakan apa yang
diperintahkan oleh
Padishah, tetapi wanita
itu berkata dengan
gembira: "Jangan
menangis, kita bisa
menyelesaikannya.
Pergilah ke tempat
dimana kamu pernah
menangkap saya
semasa menjadi ikan
dan lemparkan sebuah
batu ke tempat itu.
Sesosok jin akan muncul
dan mengucapkan kata
'apa perintahmu?'
Katakan bahwa seorang
wanita mengirimkan
salam untuknya dan
meminta sebuah bantal.
Dia akan
memberikannya dan
lemparkan bantal
tersebut ke laut dimana
Padishah menginginkan
istananya di bangun.
Kemudian kembalilah ke
rumah."
Anak nelayan tersebut
mengikuti semua
petunjuk, dan pada hari
berikutnya, ketika dia
melihat ke depan
dimana bantal tersebut
dilemparkan dilaut, dia
melihat sebuah istana
yang lebih indah dari apa
yang Padishah
gambarkan dan minta.
Dengan gembira mereka
cepat-cepat
menyampaikan ke
istana bahwa tempat
tersebut telah di
bangun.
Padishah menjadi
terkejut, tetapi karena
tujuan Padishah sendiri
bukanlah istana itu
melainkan untuk
memisahkan anak
nelayan dengan wanita
yang diidam-
idamkannya, Padishah
atau Sultan tersebut
memberi perintah pada
anak nelayan itu untuk
membuatkan jembatan
dari Kristal menuju ke
istananya. Selanjutnya
anak nelayan itu pulang
dan menangis sedih
kembali. Saat wanita
yang sebenarnya adalah
Peri Ikan tersebut
melihatnya bersedih dan
mendengarkan keluhan
dari anak nelayan
tersebut, dia berkata:
"Pergilah ke tempat
sesosok jin seperti
sebelumnya, dan
mintalah padanya
sebuah bantal guling,
Ketika kamu sudah
mendapatkannya,
buanglah ke tempat
dimana istana itu
berada." Kemudian anak
nelayan tersebut
melakukan apa yang
disuruhkan oleh calon
istrinya dan begitu
berbalik, dia melihat
sebuah jembatan yang
indah dari kristal. Dia
kemudian menemui
Padishah dan
memberitahu bahwa
tugasnya telah selesai.
Padishah merasa tidak
puas kemudian
memerintahkan anak
nelayan itu menyiapkan
perjamuan yang besar
hingga seluruh
penduduk dapat makan
disana dan harus masih
ada makanan yang
tersisa. Seperti
sebelumnya, anak
nelayan itu pulang dan
menceritakan hal itu
kepada calon istrinya.
Mendengar perintah dari
Padishah kepada anak
nelayan tersebut, dia
berkata "Pergilah
kembali ke tempat
sesosok jin tadi, dan
mintalah penggilingan
kopi dari dia, tetapi hati-
hatilah agar jangan
sampai
menumpahkannya
dalam perjalanan." Anak
nelayan itu kemudian
berhasil mengambil
penggilingan kopi dari jin
tanpa mengalami
kesulitan. Tetapi saat
membawanya pulang,
dengan ceroboh dia
menumpahkannya,
hingga tujuh dari
delapan piring terjatuh
keluar dari penggilingan
kopi. Dia lalu
memungutnya dan
membawanya pulang.
Pada hari yang telah
ditentukan, semua
penduduk yang harus
datang menurut
undangan dari Padishah,
menuju ke rumah anak
nelayan tersebut dan
mengambil bagian
dalam perjamuan besar
tersebut. Walaupun
semua tamu dapat
makan sekenyang-
kenyangnya, masih juga
banyak makanan yang
tersisa. Anak nelayan
tersebut berhasil
memenuhi tugasnya
kembali.
Karena keras kepala,
Padishah
memerintahkan kembali
anak nelayan itu untuk
menghasilkan seekor
keledai dari sebuah
telur. Anak nelayan
tersebut memberi tahu
wanita calon istrinya
itu, apa saja yang
diperintahkan oleh
Padishah, dan wanita
tersebut memberi tahu
dia bahwa dia harus
memberikan tiga telur
ke sosok Jin di tengah
laut kemudian
membawanya pulang
kembali tanpa
memecahkannya. Anak
Nelayan kemudian
melakukan apa yang
disuruhkan oleh wanita
itu, tetapi di tengah
jalan pulang, dia
menjatuhkan satu biji
telur dan
memecahkannya. Dari
telur tersebut,
meloncatlah keluar
seekor keledai besar,
yang akhirnya lari dan
menceburkan dirinya ke
laut sampai tidak
kelihatan lagi.
Anak nelayan tersebut
tiba di rumah dengan
aman dan membawa
dua buah telur yang
tersisa. "Mana yang
ketiga?" tanya wanita
itu kepadanya. "Pecah di
perjalanan," katanya.
"Kamu seharusnya lebih
berhati-hati," kata
wanita itu, "tapi apa
yang telah terjadi,
biarlah terjadi."
Kemudian anak nelayan
membawa telur-telur
itu ke Padishah, dan
meminta agar dia
diijinkan naik ke atas
sebuah bangku untuk
melemparkan telur
tersebut di lantai.
Padishah
mengijinkannya dan
anak nelayan tersebut
lalu berdiri diatas
bangku dan
melemparkan telur ke
lantai. Saat itu seekor
keledai yang besar
meloncat keluar dari
telur yang pecah dan
jatuh ke atas Padishah
yang langsung mencoba
menghindar untuk
menyelamatkan diri.
Anak nelayan itu
kemudian
menyelamatkan
Padishah dari bahaya,
dan keledai yang tadi
lalu berlari keluar dan
menceburkan dirinya ke
dalam laut.
Dengan rasa putus asa,
Padishah atau sultan
tadi mencari-cari hal
yang mustahil dan yang
tidak mungkin dapat di
kerjakan oleh anak
nelayan. Dia lalu
meminta agar anak
nelayan tersebut
membawakan dia anak
bayi yang umurnya
sehari tetapi sudah
dapat berbicara dan
berjalan.
Wanita calon istri anak
nelayan kemudian
menyuruh anak nelayan
tersebut ke sesosok jin
di tengah laut dan
membawakan hadiah-
hadiah dari wanita itu,
dan memberitahunya
bahwa dia berharap
dapat melihat
kemenakannya yang
masih bayi. Anak
nelayan itu kemudian
pergi ke tengah laut dan
memanggil sosok jin itu
dan menyampaikan
pesannya. Sosok Jin itu
berkata, "Dia masih
berumur beberapa jam,
ibunya mungkin tidak
mau memberikannya,
tapi, tunggulah
sebentar, saya akan
mencoba
menanyakannya."
Singkat kata, jin
tersebut pergi dan
segera muncul kembali
dengan bayi yang baru
lahir ditangannya. Ketika
anak nelayan tersebut
melihat anak bayi itu,
anak bayi itu berlari ke
pangkuannya dan
berkata "Kita akan ke
bibi saya ya?" Anak
nelayan mengiyakan
dan membawa anak
bayi itu ke rumah, dan
ketika bayi tersebut
melihat wanita itu, dia
berteriak "Bibi!" dan
memeluknya. Anak
nelayan kemudian
membawa bayi itu ke
hadapan Padishah.
Saat bayi tersebut
dibawa ke hadapan
Padishah, bayi tersebut
naik ke pangkuan
Padishah dan memukul
wajahnya, dan berkata:
"Bagaimana mungkin
orang dapat
membangun istana dari
emas dan permata
dalam empat-puluh
hari? membangun
jembatan dari kristal
juga dalam waktu yang
sama? Bagaimana satu
orang bisa memberi
makan seluruh
penduduk yang ada di
kerajaan ini? Bagaimana
mungkin keledai dapat
dimunculkan dari sebuah
telur?" setiap kalimat
yang meluncur dari
mulut sang bayi diiringi
dengan tamparan keras
ke wajah Padishah,
hingga akhirnya
Padishah berkata
kepada anak nelayan
bahwa dia boleh
menikahi wanita itu bila
dia dapat menjauhkan
Padishah dari bayi yang
menampari wajahnya
terus menerus. Anak
nelayan tersebut pulang
sambil menggendong
bayi itu ke rumah,
kemudian menikahi
wanita itu dan
mengadakan pesta
selama empat puluh
hari empat puluh
malam.