Seorang Raja dan
Nelayan
Hartwell James
Kerajaan yang dialiri oleh
sungai Tigris dan
Euphrates pernah di
perintah oleh seorang
raja yang sangat gemar
dan menyukai ikan.
Suatu hari dia duduk
bersama Sherem, sang
Ratu, di taman istana
yang berhadapan
langsung dengan tepi
sungai Tigris, yang pada
saat itu terentang
jajaran perahu yang
indah; dan dengan
pandangan yang penuh
selidik pada perahu-
perahu yang meluncur,
dimana pada satu
perahu duduk seorang
nelayan yang
mempunyai tangkapan
ikan yang besar.
Menyadari bahwa sang
Raja mengamatinya,
dan tahu bahwa sang
Raja ini sangat
menggemari ikan
tertentu, nelayan
tersebut memberi
hormat pada sang Raja
dan dengan ahlinya
membawa perahunya
ketepian, datang dan
berlutut pada sang Raja
dan memohon agar
sang Raja mau
menerima ikan tersebut
sebagai hadiah. Sang
Raja sangat senang
dengan hal ini, dan
memerintahkan agar
sejumlah besar uang
diberikan kepada
nelayan tersebut.
Tetapi sebelum nelayan
tersebut meninggalkan
taman istana, Ratu
berputar menghadap
sang Raja dan berkata:
"Kamu telah melakukan
sesuatu yang bodoh."
Sang Raja terkejut
mendengar Ratu
berkata demikian dan
bertanya bagaimana
bisa. Sang Ratu
membalas:
"Berita bahwa kamu
memberikan sejumlah
besar hadiah untuk
hadiah yang begitu kecil
akan cepat menyebar
ke seluruh kerajaan dan
akan dikenal sebagai
hadiah nelayan. Semua
nelayan yang mungkin
berhasil menangkap
ikan yang besar akan
membawanya ke
istana, dan apabila
mereka tidak dibayar
sebesar nelayan yang
pertama, mereka akan
pergi dengan rasa tidak
puas, dan dengan diam-
diam akan berbicara
jelek tentang kamu
diantara teman-
temannya."
"Kamu berkata benar,
dan ini membuka mata
saya," kata sang Raja,
"tetapi tidakkah kamu
melihat apa artinya
menjadi Raja, apabila
untuk alasan tersebut
dia menarik kembali
hadiah yang telah
diberikan?" Kemudian
setelah merasa bahwa
sang Ratu siap untuk
membantah hal itu, dia
membalikkan badan
dengan marah dan
berkata "Hal ini sudah
selesai dan tidak usah
dibicarakan lagi."
Bagaimanapun juga,
dihari berikutnya, ketika
pikiran sang Raja
sedang senang, Ratu
menghampirinya dan
berkata bahwa jika
dengan alasan itu sang
Raja tidak dapat
menarik kembali hadiah
yang telah diberikan, dia
sendiri yang akan
mengaturnya. "Kamu
harus memanggil
nelayan itu kembali,"
katanya, "dan kemudian
tanyakan, 'Apakah ikan
ini jantan atau betina?'
Jika dia berkata jantan,
lalu kamu katankan
bahwa yang kamu
inginkan adalah ikan
betina, tetapi bila
nelayan tersebut
berkata bahwa ikan
tersebut betina, kamu
akan membalasnya
dengan mengatakan
bahwa kamu
menginginkan ikan
jantan. Dengan cara ini
hal tersebut dapat kita
sesuaikan dengan baik."
Raja berpendapat
bahwa ini adalah jalan
yang terbaik untuk
keluar dari kesulitan,
dan memerintahkan
agar nelayan tadi
dibawa ke hadapannya.
Ketika nelayan
tersebut, yang ternyata
adalah orang yang
sangat pandai, berlutut
di hadapan raja, sang
Raja berkata
kepadanya: "Hai
nelayan, katakan
padaku, ikan yang kamu
bawa kemarin adalah
jantan atau betina?"
Nelayan tersebut
menjawab, "Ikan
tersebut bukan jantan
dan bukan betina." Saat
itu sang Raja
tersenyum mendengar
jawaban yang sangat
cerdik, dan untuk
menambah kejengkelan
sang Rau,
memerintahkan
bendahara istana untuk
memberikan sejumlah
uang yang lebih banyak
kepada nelayan
tersebut.
Kemudian nelayan itu
menyimpan uang
tersebut dalam kantong
kulitnya, berterima
kasih kepada Raja, dan
memanggul kantong
tersebut diatas
bahunya, bergegas
pergi, tetapi tidak lama
kemudian, dia
menyadari bahwa dia
telah menjatuhkan satu
koin kecil. Dengan
menaruh kantong
tersebut kembali ke
tanah, dia membungkuk
dan memungut koin itu
dan kembali
melanjutkan
perjalanannya, diikuti
dengan pandangan
mata Raja dan Ratu
yang mengawasi
semua tindakannya.
"Lihat! betapa pelitnya
dia!" kata Sherem, sang
Ratu, dengan bangga
atas kemenangannya.
"Dia benar-benar
menurunkan
kantongnya hanya
untuk memungut satu
buah koin kecil karena
mungkin dia akan
sangat merasa
kehilangan hanya
dengan berpikir bahwa
koin tersebut akan
diambil oleh salah
seorang pelayan Raja,
atau seseorang yang
lebih miskin, yang
membutuhkannya
untuk membeli sebuah
roti dan yang memohon
agar raja dikaruniai
umur panjang."
"Sekali lagi kamu
berbicara benar," balas
sang Raja, merasakan
kebenaran dari
komentar Ratu; dan
sekali lagi nelayan
tersebut dibawa untuk
menghadap ke istana.
"Apakah kamu ini
manusia atau binatang
buas?" Raja bertanya
kepadanya. "Walaupun
kamu mungkin sudah
kaya tanpa harus
bekerja keras lagi,
tetapi sifat pelit dalam
dirimu tidak
membiarkan kamu
untuk meninggalkan
satu koin kecil untuk
orang lain." Lalu sang
Raja memerintahkan
nelayan tersebut untuk
pergi dan tidak
menampakkan lagi
wajahnya di dalam kota
kerajaannya.
Saat itu nelayan
tersebut berlutut pada
kedua kakinya dan
menangis:
"Dengarkanlah hamba,
Oh sang Raja, pelindung
rakyat miskin! Semoga
Tuhan memberkahi
Tuanku dengan umur
panjang. Bukan nilai dari
koin tersebut yang
hamba pungut, tetapi
karena pada satu sisi
koin tersebut tertera
tulisan pujian atas
nama Tuhan, dan disisi
lainnya tergambar
wajah Raja. Hamba
takut bahwa
seseorang, mungkin
dengan tidak sengaja
karena tidak melihat
koin tersebut, akan
menginjaknya. Biarlah
sang Raja yang
menentukan apakah
yang saya lakukan ini
pantas untuk dicela
atau tidak."
Jawaban tersebut
membuat sang Raja
sangat senang tidak
terhingga, dan
memberikan lagi
nelayan terseut
sejumlah besar uang.
Dan kemarahan Ratu
saat itu juga menjadi
reda, dan dia menjadi
sadar dan melihat
dengan ramah terhadap
nelayan tersebut yang
pergi dengan kantung
yang dimuati dengan
uang.