Menurut at-Tabary, nama-
nama tersebut sesudah
ditaarifkan, iaitu dibahasa-
Arabkan, iaitu sesudah
dilbranikan dari bahasa
aslinya. Pada abad kedua,
cara membesarkan dan
menghormati patung-
patung itu makin
ditingkatkan. Dalam pada
itu timbullah berbagai
bagai cerita dongeng
tentang patung patung
atau berhala berhala
tersebut, cerita-cerita yang
sangat mempengaruhi
jiwa manusia yang
mendengarkannya. Dalam
abad ketiga, mulalah
timbul dogma-dogma,
mitos atau kepercayaan-
kepercayaan yang bersifat
mistik.
Mereka katakan, bahawa
nenek-moyang kita
sampai menghormati
patung patung itu, karena
dengan penghormatan itu
patung-patung tersebut
dapat mendatangkan
manfaat dan syafaat bagi
mereka. Lalu patung-
patung itu mereka
sembah, mereka puja-
puja. Timbullah
kepercayaan menyembah
patung-patung, dan
patung-patung itulah
tuhan, kata mereka.
Berkata Ibnul Kalby dari
Ibnu Salih, bahawa
menurut Ibnu Abbas r.a.
antara Adam dan Noh
adalah 12 abad lamanya.
Dan di abad kedua belas
sesudah Adam ini,
seluruh manusia sudah
menyembah patung-
patung tersebut.
Kerananya Allah lalu
mengutus Nabi Noh a.s.
untuk memperbaiki
keadaan mereka yang
sudah rosak itu.
Menurut al-Quran, umur
Nabi Noh ini 950 tahun.
Nabi Noh diutus Allah
menjadi Nabi dan Rasul
ketika berumur 480
tahun, sampai wafatnya,
iaitu dalam masa 500
tahun atau 5 abad
lamanya. Nabi Noh a.s.
dengan segiat-giatnya,
tanpa mengenal lelah,
siang dan malam, terus-
menerus mencuba
membelokkan kaumnya
dari kekafiran
menyembah patung-
patung tersebut. Tetapi
amatlah sulitnya, terlalu
sedikit hasilnya. Dalam
masa 5 abad itu, hanya
berhasil mendapatkan
pengikut 70 atau 80 orang
saja, yang semuanya
terdiri dari orang-orang
yang lemah dan melarat
saja.
Nabi Noh itu adalah
seorang fasih berkata kata,
tajam pemikiran atau
akalnya, dapat menangkis
kalau berdebat, bersifat
sabar dan tenang.
Sungguhpun begitu,
setiap kali Nabi Noh
membawa mereka
kepada menyembah
Allah, maka mereka
menentangnya; setiap
diperingatkan akan azab
dan seksa Tuhan, mereka
menutup anak telinga
masing-masing; saban
diberi khabar suka dengan
Syurga Allah, bahkan
mereka menyombong
dan mengejek serta
mencuba membantah
seruan Nabi Noh.
Dengan sabar dan tak
putus asa, Nabi Noh
menghadapi mereka.
Bukan sekali dua kali,
bukan dalam waktu
sebulan-dua bulan, atau
setahun-dua tahun, tetapi
dalam waktu berpuluh,
bahkan beratus tahun.
Hampir seluruh umur
yang diberikan Allah
kepada Nabi Noh yang
lamanya 950 tahun itu,
dipakaikan dengan segiat
giatnya untuk
membelokkan kekafiran
kaumnya itu. Dengan
kesabaran dan
keterangan-keterangan
yang terang dan jelas elas,
dengan kepandaian
berkata dan berbicara,
dengan membawakan
alasan-alasan yang
lengkap. Langit dan bumi,
siang dan malam, laut dan
darat, dipergunakan Nabi
Noh sebagai alasan dan
bukti atas keagungan Allah
atas kekuasaanNya, dan
atas keesaan Allah.
Sedikit sekali mereka yang
percaya kepada Noh dan
mengiakan pelajarannya.
Tidak sesuai dengan
jumlahnya manusia, tidak
cocok dengan kegiatan
dan kebijaksanaan yang
sudah diberikan Nabi Noh.
Tidak lebih jumlah mereka
yang menurut ini daripada
80 orang saja. Yang lain
tetap engkar, tidak
percaya, tetap mem-
bantah dan membesarkan
diri, mengejek dan lain-
lain sebagainya.
Reaksi dari mereka yang
engkar itu bukan semakin
berkurang, malah
bertambah hebat dan
meningkat juga. Mereka
berkata ke-pada Nabi Noh:
Bukankah engkau
manusia biasa seperti
kami juga, buat apa kami
mengikuti engkau. Kalau
diutus kepada kami
seorang Malaikat,
barangkali dapat kami
mengikutnya, mengiakan
katanya. Bukankah orang-
orang yang mengikuti
engkau itu, orang-orang
yang rendah dan bodoh
belaka. Sedangkan kami
ini orang orang yang
mulia, berkedudukan dan
pekerjaan yang tinggi-
tinggi, tidak
mengharapkan fikiran dan
pertolongan orang lain,
cukup kepandaian dan
kepintaran Engkau sendiri,
ya Noh, bukan lebih dari
kami tentang harta,
tentang akal dan fikiran,
tentang pemandangan,
bahkan engkau kami
pandang orang yang
dusta.
Semua itu dijawab oleh
Nabi Noh dengan jawapan
yang tegas tepat, dengan
keterangan-keterangan
yang dapat melemahkan
dan mengalahkan hujah
mereka: Dapatkan
gerangan kamu memutar
jalan matahari dengan
kepandaianmu, atau
mencapai bintang dengan
tanganmu? Dapatkah
kamu beroleh terang kalau
tidak karena matahari
yang diciptakan Allah.
Dapatkah kamu hidup
kalau tidak dengan udara
yang dijadikan Allah?
Mereka menjawab lagi
dengan sanggahan yang
baru dan dibuat-buat:
Kalau engkau benar-benar
orang yang mencintai
sesama manusia, cintailah
orang-orang yang telah
mengikutimu itu saja,
sedang kami biarkanlah
saja, karena kami tidak
akan dapat mengikuti jejak
mereka, kami tidak dapat
menganut agama yang
mereka anut yang engkau
ajarkan itu, dimana
disamakan sang raja raja
dengan rakyat murba,
orang-orang yang mulia
dengan orang yang hina-
dina, orang yang kaya
dengan orang-orang yang
miskin.
Nabi Noh menjawab:
Bahawa agama ini buat
kamu sekalian, dengan
tidak mengecualikan yang
pintar dan yang bodoh,
yang jadi raja dan yang
jadi budak, yang berkuasa
dan dikuasai, yang kaya
dan yang miskin.
Debat ini bertambah
sengit juga. Noh
menghadapinya dengan
sabar dan tenang saja,
tetapi mereka rupanya
telah sempit dada, lalu
berkata kepada Noh: Hai,
Noh, engkau sudah debat
kami, dan telah lebih dari
cukup banyaknya,
datangkanlah kepada kami
(seksa) yang engkau
katakan itu, kalau engkau
orang yang benar.