Nabi Noh menambah lagi
dengan sabar: Sungguh
kamu orang-orang yang
bodoh sekali, kamu minta
seksaan Allah, bukan
rahmat Allah yang kamu
tuntut. Ketahuilah bahawa
Allah kuasa atas tiap-tiap
sesuatu. Kalau Allah
menghendaki akan
diseksanya kamu, dan
kalau Allah suka datanglah
seksaan itu selekas-
lekasnya kepada kamu,
dimana kamu pasti
menyesal nanti.
Sehabis perdebatan itu,
Nabi Noh selamanya
bermunajat dan berdoa
kepada Allah,
mengemukakan perasaan
hati dan bermohon
ampun atas
kelemahannya, minta
petunjuk petunjuk yang
baru, sambil mengeluh
dan mengadu. Akhirnya
Allah menurunkan wahyu
kepada Noh: Tidak akan
beriman kaummu itu
selain orang-orang yang
telah beriman itu, dan
janganlah kamu berputus
asa atas apa apa yang
mereka perbuat. Sehabis
berjuang dan berusaha,
dengan kesabaran yang
ada padanya, akhirnya
Nabi Noh berdoa kepada
Allah:
Ya Allah, janganlah
dibiarkan tinggal di bumi
ini orang-orang yang
engkar seorang pun,
sebab kalau engkau
biarkan mereka tinggal,
mereka akan
menyesatkan hamba-
hambaMu, dan mereka
akan menurunkan
turunan yang jahat dan
engkar saja.
Doa Nabi Noh ini didengar
oleh Allah, dan
dikabulkanNya, lalu
berfirman: Engkau
perbuatlah kapal dengan
pertolongan dan
petunjuk-petunjuk Kami
dan janganlah engkau
pohonkan pertolongan
kepadaKu tentang nasib
orang-orang yang zalim
itu, mereka semuanya
akan tenggelam.
Nabi Noh mulai membina
kapal dengan
mempergunakan kayu
dan paku, di suatu tempat
dekat kota. Dan tiap orang
yang lalu di tempat itu,
selalu mengejek dan
memperolok-olokkannya
dengan berbagai bagai
kata dan bicara, Ada yang
berkata: Engkau selama
ini, hai Noh,
mendakwakan yang
engkau Nabi dan Rasul;
kenapa had ini kami lihat
engkau menjadi tukang
kayu? Apa engkau sudah
bosan menjadi Nabi dan
ingin menjadi tukang
kayu?
Ada pula yang mengejek:
Apa gunanya kapal yang
engkau buat itu, sedang di
sini tidak ada laut dan
sungai? Apakah engkau
akan tarik dengan lembu
kapal itu atau akan engkau
terbangkan di udara?
Di bawah serangan ejekan
itu Nabi Noh terus bekerja
dan hanya berkata: Bila
kamu tetap mengejek
kami, kami akan
mengejek kamu pula nanti
sebagai kamu mengejek
kami ini, dan akan kamu
ketahui sendiri nasibnya
orang-orang yang kena
seksa itu, sedang seksaan
itu akan terjadi.
Noh dan pengikutnya
terus bekerja, sehingga
sempurnalah pembikinan
kapal itu. Hanya sekarang
menunggu bagaimana
perintah Allah selanjutnya.
Dalam pada itu Tuhan
telah mewajibkan kepada
Noh, agar bila seksa itu
telah datang, Noh dan
pengikut-pengikutnya
segera naik ke kapal itu,
dengan membawa semua
orang yang beriman dan
binatang ternaknya yang
berpasang-pasangan.
Terbukalah pintu-pintu
langit, sehingga dari langit
itu tercurah air sebesar-
besarnya jatuh ke bumi,
sedang dari bumi
terpancar sumber-
sumber air yang besar-
besar, sehingga dalam
sebentar waktu
permukaan bumi
digenangi air banjir yang
luar-biasa hebatnya,
menggenangi tanah yang
tinggi dan yang rendah.
Air banjir semakin naik
juga sehingga telah
mencapai rumah-rumah
dan bukit-bukit, sedang
Nabi Noh dan pengikut-
pengikut-nya sewaktu itu
telah berada di atas kapal
yang mereka perbuat
selama ini.
Dengan kegemparan yang
luar biasa, manusia
manusia engkar itupun
berlompatan ke sana-sini
tidak keruan tujunya
sebagai se gerombolan
keldai dikejuti singa,
berteriak melolong lolong,
menghindarkan diri
masing-masing dari
bahaya maut, Ada yang
naik ke atas atap rumah
rumah tetapi tercapai juga
oleh air banjir, ada yang
naik memanjat batang
kayu yang tinggi, tetapi
akhirnya tenggelam juga,
ada pula yang berenang
menuju ke bukit yang
tinggi-tinggi yang
menurut kiranya tidak
akan tercapai oleh banjir
yang bagaimana
hebatnya.
Ketika Nabi Noh berdiri di
tempat yang tertinggi di
atas kapalnya, mata Nabi
Noh terpandang kepada
seorang anaknya yang
bernama Kanan, anak
yang engkar yang tidak
tunduk kepadanya sedang
berjuang dengan maut
menggabai-gabai mencari
tempat yang tinggi. Cinta
kepada anak memaksa
Noh memanggil anaknya
yang malang itu,
panggilan yang
penghabisan: Hai, anakku!
Mari bersama kami,
janganlah engkau
bersama orang-orang
yang kafir itu ! Seruan
yang penghabisan di saat
yang genting begitu rupa
itupun tidak dapat diterima
oleh otak dan perasaan
anak yang derhaka itu,
karena ia masih percaya
akan dapat
menghindarkan dirinya
dari seksaan yang nyata
itu dengan kekuatan dan
fikiran yang ada padanya.
Seruan bapaknya itu
dijawab dengan sombong
pula: Saya akan mencapai
puncak gunung yang
tinggi itu, sehingga saya
akan terlepas dari banjir
ini.
Noh berkata lagi
kepadanya, ya karena
cinta kepada anak sendiri:
Hari ini tidak ada yang
dapat melindungi dari
seksa, selain Tuhan Yang
Maha Pengasih. Anak
itupun lenyap ditelan
ombak yang sedang
bergulung gulung,
tinggallah Nabi Noh
melihat dengan sedih dan
berkata: Ya Allah,
bukankah anakku itu
termasuk keluarga saya
sendiri?
Allah menurunkan ilham
kepada Noh, bahawa anak
itu bukan ahlimu lagi dan
tidaklah termasuk menjadi
keluargamu siapa saja
yang kafir dan derhaka:
Kami hanya berhak
menolong orang orang
yang iman saja. Allah
ilhamkan pula kepada
Noh, agar Nabi Noh
jangan minta minta lagi
kepada Tuhan tentang apa
yang tidak diketahuinya
dengan berfirman: Aku
ajari engkau (ya Noh)
tentang apa yang engkau
masih jahil.
Nabi Noh insaf akan ajaran
yang di terimanya dari
Allah lalu menengadahkan
kedua telapak tangannya
bersyukur kepada Allah
yang telah memelihara
kaumnya yang beriman
terlepas dari seksa, lalu
Nabi Noh bermohon
ampun atas segala dosa
dan kesalahannya:
Aku berlindung diri
kepadaMu, ya Tuhanku,
atas apa-apa yang sudah
saya mohon yang saya
sendiri tidak tahu betul,
dan kalau Engkau tidak
beri ampun atas saya,
sungguh saya akan
tergolong orang orang
yang merugi.
Banjir dahsyat dan
gelombangnya yang
bergulung itu telah dapat
menelan semua manusia
yang engkar. Langit mulai
tertutup dan berhenti
mencurahkan air, sedang
bumi telah menghisap
semua air yang ada di
atas datarannya. Kapal
Nabi Noh terhenti di atas
puncak Gunung Judy
yang sampai sekarang
orang-orang pintar
sedang mencari bekas
bekasnya. Nuh dan
pengikutnya kembali ke
kampung-halamannya
menghirup udara baru
yang penuh dengan
berkat dan pertolongan
Allah.