Tetapi dengan tegas
dijawab oleh Malaikat
malaikat yang datang itu,
bahawa kepada mereka
sudah dikirim Nabi Lut
untuk mengembalikan
mereka dari kesesatannya.
Sayang mereka tidak
mendengarkan ajakan
Nabi Lut itu, sehingga
semua usaha dan daya
sudah dipandang cukup.
Dan ditegaskan pula
bahwa Nabi Lut serta
orang orang yang
percaya akan terlepas dari
seksa itu. Sedang isteri
Nabi Lut sendiri pun akan
turut pula merasakan
seksa hebat itu, karena dia
termasuk orang orang
yang engkar dan tidak
menurutkan kebenaran
Nabi Lut.
Malaikat malaikat itupun
meninggalkan rumah Nabi
Ibrahim, pergi menuju ke
desa Sadum yang
derhaka itu dengan
berbentuk manusia yang
masih muda belia dengan
wajah yang cantik molek
dan menarik. Di tengah
jalan Malaikat malaikat itu
bertemu dengan seorang
anak perempuan yang
sedang mengambil air
minum. Kepada anak
perempuan itu, Malaikat
malaikat itu minta supaya
diperlakukan sebagai
tetamu di rumahnya. Oleh
anak perempuan itu
diterangkan akan tabiat
penduduk kampungnya
sendiri yang penuh
dengan kejahatan, lebih
lebih kalau melihat dan
mengetahui akan lelaki
yang berwajah cantik,
pasti timbul perkosaan
dan pencemaran dengan
segala cara yang mesum
mesum. Maka sebelum
menerima permintaan
tetamu yang terdiri dari
dua orang pemuda yang
cantik molek, anak
perempuan ini minta izin
lebih dahulu kepada
tetamunya untuk
memberitahukan dan
bermusyawarah dengan
bapanya.
Anak perempuan itupun
pulang ke rumahnya
memberitahukan kepada
bapanya dengan berkata:
Ya bapaku, di sana di
pintu masuk ke kota ini,
ada dua orang lelaki, yang
belum pernah saya lihat
penduduk kampung kita
ini sebaik dan secantik
kedua mereka itu.
Keduanya ingin bermalam
di rumah kita. Tetapi saya
takut kalau diketahui oleh
penduduk kampung kita
ini, beradanya mereka di
tempat kita ini.
Bapa ini adalah Nabi Lut
sendiri, sedang anak
perempuan itu adalah
anaknya Nabi Lut.
Alangkah terkejutnya Nabi
Lut mendengar khabar ini.
Setelah bertanyakan akan
keadaan kedua orang itu,
Nabi Lut memberikan
nasihat kepada anaknya
bagaimana cara caranya
agar tetamu itu tidak
sampai diketahui oleh
penduduk kampungnya.Mula mula Nabi Lut agak
keberatan menerima
kedua pemuda itu
menjadi tetamu di
rumahnya sendiri, takut
kalau-kalau diketahui
rakyat dan pasti akan
mendatangkan kecelakaan
besar bagi tamu dan
dirinya sendiri. Tetapi
kerana rasa
perikemanusiaan, dia tidak
sampai hati untuk
menolak tetamu yang
ingin menumpang dan
bermalam di rumahnya.
Akhirnya Nabi Lut dengan
diam diam dan sembunyi
sembunyi agar jangan
dilihat orang, ingin
berjumpa sendiri dengan
kedua pemuda yang
bertamu itu.
Setelah bertemu, lalu Nabi
Lut menasihatkan supaya
kedua pemuda itu berhati
hati sekali, jangan
diketahui orang dan
jangan sampai
menumpang di rumah
orang lain di desa itu, agar
jangan diperkosa dan
menjadi mangsa nafsu
dan kemesuman mereka.
Nabi Lut bersedia
membawa mereka
bermalam dan menjadi
tetamu di rumahnya
sendiri, tetapi harus
berhati hari benar.
Dengan rasa khuatir dan
waswas yang
memuncak, tetamu
itupun dibawanya pulang
dengan diam diam dan
sembunyi sembunyi.
Tetapi malang baginya,
dalam pada itu isteri Nabi
Lut sendiri, telah
mengetahui akan kejadian
ini dan telah menyiarkan
kedatangan tetamu itu
kepada penduduk
kampungnya.
Alangkah terkejutnya Nabi
Lut, setelah dia dan
tetamu itu sampai di
rumahnya sendiri,
penduduk kampungnya
sudah berkerumun
mengepung rumahnya,
ingin mendapatkan lelaki
yang cantik yang menjadi
tamu Nabi Lut itu untuk
pelepas nafsu mereka
sebagai yang diterangkan
di atas tadi.
Tidak ada lain bagi Nabi
Lut untuk menghindarkan
kemesuman yang akan
terjadi, selain memberi
nasihat kepada mereka
sekali lagi, agar mereka
kembali ke jalan yang
henar, meninggalkan
pekerjaan yang keji dan
mesum itu serta takut
kepada seksaan Allah
yang mungkin datang.
Semua nasihat Nabi Lut itu
hanya melayang di udara,
tidak satu pun yang dapat
masuk dalam telinga dan
otak mereka. Malah di saat
Nabi Lut memberi nasihat
itupun sebahagian mereka
sudah bersiap untuk
menyerbu merebutkan
dua pemuda yang
menjadi tetamu Nabi Lut
itu. Melihat keadaan yang
genting itu, Nabi Lut
dengan segera menutup
pintu rumahnya, serta
menguncinya dari dalam,
agar tidak seorang pun
dari mereka itu yang
dapat masuk ke
dalamnya.