Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.
Pada suatu hari, Yaakub pergi menemui bapanya, iaitu Nabi Ishak, yang ketika itu sudah sangat tua, sudah berkedutan kulitnya dan bongkok pula. Yaakub berkata kepada bapanya: Ya, bapaku! Aku datang mengadu tentang kedengkian saudaraku sendiri, dengan harapan agar dia dinasihati dan diajari oleh bapa. Sejak aku dipelihara bapa baik baik, bapa selalu mendoakan agar aku mendapat berkat, menjadi keturunan bapa yang baik, menjadi raja yang turun temurun, dengan penghidupan yang bahagia. Sejak itulah saudaraku bukan main dengkinya, dengan kerlingan matanya. Bahkan kadang kadang saya dihinanya, diancamnya dengan berbagai bagai ancaman, sehingga putuslah tali kasih dan pensaudaraan antara kami berdua, hilang samasekali rasa kasih dan sayang. Lebih lebih lagi, saya merasa tidak tahan disombonginya selalu dengan dua orang isterinya yang cantik yang berasal dari Kanan itu, dengan anak anaknya yang banyak, sedang saya tidak mempunyai isteri dan anak, dan tiada pula harta yang banyak. Aku adukan semua keluhanku ini kepada bapa, agar bapa dapat menetapkan hukum antara saya dan dia, dengan hukum yang baik, karena bapa selalu mendapat wahyu dari Allah, sentiasa mempunyai pemandangan dan fikiran yang dalam. Mendengar pengaduan dan keluhan itu, Nabi Ishak lalu menjawab: Aku sedih mendengar ceritamu itu, hai anakku, sedang aku sudah begini tua pula, lihatlah janggutku yang putih, kulitku yang berkedutan, aku sudah sangat tua dan tidak kuat lagi dan tidak lama lagi aku terpaksa mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini seluruhnya. Alangkah sedihnya aku, kalau mati dalam kesedihan atas ceritamu itu. Dan alangkah sedihnya aku, sekiranya aku mati, dan kamu tidak berbaik bersaudara. Aku nasihatkan kepadamu agar engkau berangkat saja ke negeri Faddan Aram di Irak, dimana tinggal bapa saudar engkau sendiri yang bernama Laban bin Batwail. Kawinlah dengan salah satu dari anak perempuannya, insya Allah engkau akan mendapat kesenangan dan kebahagiaan. Kemudian kembalilah engkau ke negeri ini (Syam). Aku doakan engkau dapat mengatasi ejekan saudara engkau, dan mendapat keturunan yang lebih baik dari keturunan dan anak anaknya. Mudah mudahan Allah akan memelihara dan menjaga engkau dan rakyatmu! Nasihat bapanya itu masuk dalam hatinya, dan dapat menenangkan jiwanya yang sedang gelisah itu. Dia akan menuju ke negeri Faddan Aram, iaitu negeri nenek moyangnya sendini. Lalu dia mengucapkan selamat tinggal kepada bapanya yang sudah sangat tua itu, serta mendoakannya kepada Allah, mudah mudahan Allah akan memanjangkan umun beliau, memelihara beliau dari segala bencana. Yaakub mulailah menempuh Padang Sahara yang luas dan tandus dengan berjalan kaki, siang dan malam tidak henti hentinya, menuju ke tempat yang ditunjukkan bapanya itu. Setiap kali dia diserang kepenatan dan letih, diserang lapar dan kesusahan, teringatlah dia akan cita cita dan harapan yang diberi bapanya kepadanya sebelum berangkat sehingga hilanglah susah dan payahnya dan dia terus berjalan. Pada suatu hari, di satu tempat, di tengah tengah padang pasir yang luas saujana mata memandang, matahari menyinari bumi dengan sinar cahaya yang sangat panas, sehingga pasir pasir itu menjadi api layaknya, angin yang mendinginkan badan sekarang berganti menjadi bertambah panasnya badan. Nabi Yaakub seakan akan tidak kuasa lagi melangkahkan kakinya, sedang di hadapannya terbentang padang pasir yang luas dan tandus. Di situlah dia merasakan benar akan susahnya berjalan, haus dan lapar yang tidak terhingga, sehingga dia terhenti dari melangkah, menimbang dengan mengukuh kekuatan yang ada padanya, apakah dia sanggup meneruskan penjalanan yang maha penat itu, ataukah dia akan terpaksa kembali pulang? Dalam dia menenung demikian rupa, terlihat olehnya sebuah batu besar yang mempunyai sedikit bayang lindungan cahaya matahari yang sedang terik. Dia hampiri batu besar itu, lalu duduk berhenti di bawah naungan itu untuk melepaskan lelah, mendinginkan kakinya yang sudah panas dan letih itu, lantas dia tertidur senyenyak nyenyaknya. Dalam tidun sejenak itulah datang kepadanya mimpi yang benar, merupakan wahyu yang pentama dari Allah yang nupanya telah mengangkat dia sebagai NabiNya. Dalam mimpi itu Allah ilhamkan ke dalam hatinya, bahawa dia akan menemui hidup bahagia, akan mendapat kerajaan yang besar, keturunan yang baik yang akan turun temurun menguasai bumi, yang akan mendapat Kitab dari Allah sebagai Nabi dan Rasul Allah.


Halaman: 1 2 3 (Menu)
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 152 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-06 / 1 / 1 / 3478
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham

Polaroid