Disneyland 1972 Love the old s
Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.
Nabi Ibrahim beserta isterinya Sarah dan khadamnya Hajar serta semua binatang ternak dan harta kekayaannya sudah pindah ke Palestin, hidup di tengah tengah keluarganya dan pengikut pengikutnya yang tak begitu banyak jumlahnya. Alangkah sedih dan pilunya perasaan Sarah, karena dia sendiri belum juga beroleh seorang anak pun, sedang umurnya sudah lanjut, dan boleh dikatakan termasuk orang yang tua, sehingga pada umurnya orang yang setua dia itu tidak mungkin beroleh anak. Maka dengan ikhlas hati, Sarah menganjurkan kepada suaminya, Nabi Ibrahim untuk kahwin dengan khadamnya sendiri bernama Hajar. Hajar sendiri adalah seorang perempuan yang mulia, baik budi pekertinya serta lurus, tak pernah berhati bengkok. Mudah mudahan, demikianlah harapan Sarah, dari perkahwinannya dengan khadam itu, Nabi Ibrahim beroleh anak, untuk perintang hidup kedua suami isteri yang sudah tua, untuk menurunkan dia menjalankan perintah Ilahi dan sebagainya. Anjuran isterinya ini diterima oleh Nabi Ibrahim. Lalu terjadilah perkahwinan itu dengan baiknya. Dari perkahwinan inilah Nabi Ibrahim beroleh seorang anak lelaki yang paling bersih dan suci, yang diberi nama Ismail (Nabi Ismail). Selain Ibrahim sendiri, bukan main pula girang dan senang hati Sarah beroleh anak itu. Tetapi kegembiraan Sarah ini hanya sebentar waktu saja, sebab tak lama kemudian hatinya mulai diserang oleh suatu perasaan yang tidak dapat dibayangkan. Karena adanya perasaan inilah, hatinya tidak kunjung tenang, selalu gelisah saja, makan dan minum tidak keruan sama sekali. Akhirnya dia tidak tahan untuk memandang wajah Hajar dan anaknya itu. Hal ini diterangkannya berterus terang kepada Ibrahim dan mengusulkan agar Ibrahim, Hajar bersama anaknya meninggalkan dia seorang diri, pergi ke tempat yang sejauh jauhnya, agar tidak terlihat dan terdengar sedikit juga tentang Hajar dan Ismail itu. Dengan wahyu Ilahi, Nabi Ibrahim menerima usul tersebut. Mulailah Nabi Ibrahim dengan isterinya yang baru beserta anaknya mengadakan pengembaraan yang jauh lagi. Entah ke mana tempat tujuan, tidaklah diketahui, hanya menurut ke mana saja ditakdirkan Tuhan. Lama sudah mereka berjalan, dan jauh sudah jalan yang ditempuh. Akhirnya mereka berhenti di suatu tempat. Di tempat itu Hajar dan anaknya ditinggalkan oleh Ibrahim tanpa perbekalan yang banyak. Sedang Nabi Ibrahim sendiri mahu meneruskan perjalanannya dan mendoakan kepada Allah, mudah mudahan Allah menjaga isteri dan anaknya itu dari segala petaka dan bahaya. Baru saja Ibrahim berangkat meninggalkan Hajar dan Ismail, Hajar segera mengikutinya dari belakang dan memegang tali kekang unta yang dikenderai Nabi Ibrahim seraya berkata: Ya, Ibrahim! Ke manakah engkau pergi, kenapa kami ditinggalkan di sini, di tempat yang menakutkan ini? Hajar berharap agar Ibrahim menaruh rasa belas kasihan terhadap dirinya dan diri anaknya yang masih kecil itu, minta pertanggungan jawab kepada Ibrahim, siapa yang akan mempertahankan hidupnya dari bahaya kelaparan dan dahaga, yang mempertahankannya dari serangan binatang binatang buas, dari terik panas matahari yang begitu panas, dari udara dingin yang berhembus di malam hari. Semua ini dikemukakannya kepada Ibrahim dengan kata kata yang lemah lembut serta airmata yang bercucuran.Tetapi Ibrahim tampaknya tidak menghiraukan semua keluhan isterinya itu, malah diterangkannya kepada Hajar, bahawa ini adalah perintah Allah, dan mengisyaratkan agar dia sabar menerima takdir atas setiap perintah dari Allah, supaya dia tunduk dan patuh menurutkan semua perintah itu. Mendengar jawapan Ibrahim itu, Hajar hanya menjawab: Sekarang saya mengerti, dan Allah tidak akan mensia siakan kami. Ibrahim pergi sendirian di tengah tengah padang pasir yang berbahaya itu, mendaki gunung berjurang, melintasi beribu satu kesukaran, dengan meninggalkan isteri dan anak yang menjadi rangkaian hati dan jantungnya sendiri. Hanya karena perintah Allah, dan tidak membawa perbekalan suatu apa selain kepercayaan dan ketaatan kepada Allah itu saja. Sebagai seorang Nabi, Ibrahim menahankan semua penderitaan badan dan batin itu dengan penuh kesabaran dan ketenangan, menyerah kepada perintah dan takdir Ilahi, Nabi Ibrahim terus berjalan, meninggalkan isteri dan anaknya yang tunggal di tengah padang pasir yang tak bermakhluk manusia itu. Hanya doa inilah yang keluar dari mulutnya, di hadapkannya ke hadrat Allah Yang Maha Kuasa: Ya Tuhan kami, aku telah tinggalkan anak dan isteriku di padang pasir yang tandus tiada pepohon dan buah buahan. Ya Tuhan kami, agar mereka mendirikan sembahyang maka jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, dan berilah mereka rezeki dari buah buahan, mudah mudahan mereka berterima kasih atas semua itu.


Halaman: 1 2 3 4 (Menu)
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 152 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-05 / 1 / 1 / 3470
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham