Teya Salat
Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.

Kisah Nabi Adam - Halaman 6

April - September 2011
Bila syari'at Allah dijalankan akan terjadi perselisihan antara anak anaknya. Bila keinginan anaknya yang diteruskan akan terjadi keengkaran terhadap syari'at yang ditetapkan Allah. Satu kesempatan yang amat baik sekali bagi Iblis untuk menjalankan tipudaya dan siasatnya. Perselisihan antara manusia sesama manusia adalah jalan yang amat lurus bagi Iblis untuk sampai pada tujuannya. Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan Iblis. Iblis segera datang berbisik ke telinga Qabil: "Hai, Qabil! Janganlah lekas putusasa. Ada satu cara yang amat mudah untuk mengatasi jalan buntu antara engkau dan adikmu Habil, untuk menyampaikan hasrat hatimu kawin dengan adikmu yang cantik itu. Jalan satu-satunya ialah supaya kamu bunuh saja adikmu yang bernama Habil itu." Mula mula Qabil agak ragu ragu terhadap cara penyelesaian yang dianjurkan Iblis itu. Iaitu dengan cara membunuh Habil, adik kandungnya sendiri, saudara yang seibu dan sebapa dengan dia, selapik seketiduran, kadang-kadang sebantal sekalang hulu. Beberapa hari lamanya Qabil termenungmenung tidak keruan hidupnya. Berdiri bermenung, duduk bermenung, tidur tak berasa puas, makan tak berasa enak. Duduk termenung dan melamun adalah merupakan tanah yang amat subur pula bagi Iblis untuk menanam siasat dan tipu dayanya terhadap manusia. Orang yang duduk bermenung bererti fikirannya menjurus ke satu jurusan saja. Dia lupa akan jurusan jurusan lain dalam hidupnya. Apalagi kalau yang dimenungkan itu hal yang tak baik. Dia akan lupa akan kemaslahatan dirinya. Apa lagi kemaslahatan ibu bapa dan keluarganya. Dia akan lupa akibat akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Di saat yang amat kritikal dalam menungannya itu, Iblis datang langsung menemui Qabil dengan anjuran yang lebih tegas: "Bunuh saja, hentam saja, jangan fikir panjang lagi !" Melihat keadaan dan tabi'at Qabil yang luarbiasa itu, Adam, Hawa, Habil seluruh anggota anggota keluarganya menjadi gelisah. Masing-masing mereka mencoba memberi nasihat kepada Qabil. Berkata Adam kepada Qabil: "Jangan engkau perturutkan ajakan Setan dan Iblis. Tunduklah kepada syari'at yang ditetapkan Allah yang telah disetujui oleh ibu bapamu sendiri." Habil dengan hati yang lapang dan pandangan yang luas mencuba menasihati abangnya yang sudah lupa daratan itu: "Lebih baik engkau mencari jalan yang hak, hai saudaraku, menempuh jalan yang membawa selamat, menjauhkan diri dari jalan yang membawa celaka dan kesengsaraan yang berlarut larut." "Ketahuilah, saudaraku," katanya lagi, "bahawa apa yang terjadi ini adalah syari'at dan takdir yang sudah ditentukan Allah. Ibu dan bapak, begitupun saya sendiri hanya semata-mata menjalankan perintah dan syari'at Allah itu. Kita sekalian diciptakan Allah hidup di permukaan bumi ini, adalah semata mata untuk dapat menjalankan syari'at dan untuk mengabdikan diri kita kepada Allah yang menciptakan kita itu. Sungguh engkau akan berdosa bila keluar dari jalan yang hak sudah ditentukan Allah. Maka lebih baik engkau minta ampun atas dosamu itu, sebagaimana saya selalu minta ampun dan menyerahkan nasib dan untungku seluruhnya kepada Allah yang menciptakan seluruh alam ini." Nasihat yang bagaimana juga baik dan benarnya, rupanya tidak berbekas pada jiwa yang penuh nafsu yang sedang bergejolak membakar. Qabil malah menjadi semakin galak garang. Dia segera mendekati adiknya Habil yang masih memberi nasihat dan berkata: "Engkau jangan banyak bicara. Engkau pasti saya bunuh." Dengan hairan dan sabar, Habil menjawab: "Kenapa kau hendak bunuh aku?" "Kerana bapa dan Allah lebih suka kepada engkau," jawab Qabil. "Dengan membunuh saya, keadaan tidak akan berubah, malah bapak dan Tuhan akan semakin marah terhadap engkau," jawab Habil. "Tak peduli, engkau pasti aku bunuh, agar senang hatiku," kata Qabil dengan garangnya. Sekalipun Habil jauh lebih kuat badannya dari Qabil, kerana budinya yang tinggi, dia tetap bersabar diri dan berkata: "Sekali pun engkau telah mengacungkan tangan untuk membunuhku, saya tetap tidak akan menggerakkan tangan untuk membunuhmu. Saya takut kepada Tuhan Semesta Alam." Habil terus berjalan menuju tempat kediamannya, Qabil mengikutinya dari belakang dengan hati mengkal. Setibanya di gua, masih saja dia mengkal dan marah. Dicobanya menidurkan mata, tidak mahu tidur. Semalam malaman itu dia tak sepicing juga dapat tidur. Dadanya berasa mengah. Disaat itu datang lagi Iblis meniup-niup hatinya yang sudah panas itu dengan berkata: "Bunuh Habil, bunuh Habil, bunuh Habil !" Diwaktu pagi sebagai biasa, Habil bangun dari tidurnya. Dengan perasaan lega dia menuju ke padang rumput menggembalakan ternaknya. Qabil yang sedang diperkuda oleh Iblis dengan sembunyi sembunyi mengikutinya dari belakang. Maksudnya untuk membunuh Habil yang tidak ragu ragu lagi, malah bertambah menyala nyala. Dikala matahari, bulan, bintang bintang beredar diangkasaraya menjalankan perintah Tuhannya, dikala burung burung berkicau bersiul berterbangan ke sana ke mari menjalankan tugasnya masing masing sambil bertasbih mensucikan Tuhan Yang Maha Suci, Qabil dengan mencapai dahan kayu yang amat keras dan berat memukul kepala Habil dari belakang sekuat hatinya. Darah bertumpah dan mengalir membasahi permukaan bumi buat pertama kali. Habil menjerit kesakitan, badannya terhempas ke bumi dan bergeletar. Terjadilah apa yang disangsikan para Malaikat terhadap manusia, ketika Malaikat diberitahu Allah bahwa manusia akan diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah (pengatur) diatas bumi. Malaikat sangsi bahwa manusia akan berbuat binasa di bumi dan akan menumpahkan darah. Kesangsian itu kini untuk pertama kalinya sudah terjadi, mungkin akan disusul pula dengan kejadian-kejadian kedua, ketiga, keempat dan sampai entah ke berapa kali lagi; bahkan pembunuhan itu bukan hanya dilakukan oleh seorang manusia terhadap seorang manusia saja, tetapi akan terjadi pembunuhan pembunuhan besar, beribu-ribu manusia dengan alat alat pembunuhnya yang terkejam dan termoden akan membunuh beribu ribu manusia lainnya, manusia yang bersalah dan tidak bersalah, wanita atau anak anak di bawah umur sekalipun. Setelah melihat darah mengalir membasahi bumi, serta mendengar jeritan Habil yang memilu dan menyayat perasaan itu, maka Iblis yang memperkudanya itu tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan mangsanya, sebagai seorang yang menang, kerana helah dan tipudayanya sudah berhasil. Makin yakin ia akan kelebihan dirinya dan akan kelemahan atau kekurangan Bani Adam (manusia). Sepeninggalan Iblis itu, Qabil mulai sedar akan kebodohan dirinya. Perasaan menyesal atas perbuatan yang baru dilakukannya mulai tumbuh, muncul dengan perlahan dari lubuk hatinya. Teringatlah ia, bahawa adiknya (Habil) adalah seorang baik dan tidak bersalah apa apa. Mulailah dia merasakan bahawa perbuatannya itu amat kejam. Mulai timbul kesedaran, bahawa dia bersalah besar. Tidak ada keuntungan yang diperolehinya dari pembunuhan ini. Dan tidak mungkin pembunuhan ini akan membawa kesenangan hatinya. Malah sebaliknya, hatinya bertambah gundah, dia merasa rugi, kosong dari perasaan aman dan tenteram. Apalagi setelah dilihat dengan mata kepalanya sendiri keadaan adiknya Habil yang bergeletar ditanah menghadapi sakaratul maut. Suara rintihannya semakin halus, akhirnya hilang lenyap. Sebaliknya seluruh anggota badannya semakin hebat menghempas ke kiri dan ke kanan menandakan rasa sakit yang tak terhingga. Nafasnya sesak, seakan akan jantung dan paru parunya sudah tidak kuasa lagi menghirup udara atau hawa. Akhirnya seluruh gerakgerinya berhenti, sekujur badannya menjadi lemah longlai, dan dia lalu menghembuskan nafas yang terakhir. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun." Ya, semua manusia akan mati. Bahkan semua makhluk berjiwa akan mengalami mati. Kerana begitulah sunnah Ilahi yang menciptakan seluruh makhluk berjiwa ini. Kerana Allah sudah menetapkan dari azal, bahawa kehidupan didunia ini hanya buat sementara saja, hanya sebagai singgah dalam perjalanan ke arah penghidupan yang kekal dan abadi di akhirat. Diakhirat nanti akan diperhitungkan satu persatu amal dan kerja setiap manusia selama hidupnya di dunia ini. Setiap amal, buruk dan baik, kecil dan besar tidak ada yang tertinggal dan tidak kena perhitungan itu. Semua akan mendapat balasan yang setimpal. Perbuatan baik balasannya baik. Perbuatan jelek atau jahat pembalasannya jahat pula. Orang yang hidupnya teraniaya di permukaan bumi ini janganlah terlalu bersedih hati. Bersabarlah, Tuhan sanggup membalikkan penganiayaan itu ke alamat asalnya. Dan orang yang menganiaya, jangan terlalu bergembira dalam hidup, pasti akan merasakan sakit dan pedihnya penganiayaan yang dia lakukan itu ! Angin sepoi mulai berhembus dan bertiup. Semua daun daun kayu bergerak dan berdesir. Hembusan angin sepoi itu seakan akan menjamah sekujur tubuh Habil yang sudah tak bernafas lagi itu sebagai hiburan dan tanda turut berdukacita. Sedangkan desiran daun daun seakan akan bertasbih meratapi dan meucapkan selamat jalan kepada jenazah Habil yang sedang pulang kembali ke Rahmatullah. Adapun Qabil mendengar desiran daun dihembus angin sebagai bisikan yang mengecam dan mengutuknya: "Qabil, engkau pembunuh, engkau pembunuh, engkau kejam, engkau kejam, bodoh, engkau bodoh." Burung burung dan binatang binatang buas dengan berbagai bunyi, seakan akan berkata kepadanya menyesali perbuatannya itu: "Engkau pembunuh, engkau kejam." Qabil mulai mengerang panjang. Dia mulai merasa takut. Badannya berasa berat dan kakinya berasa lemah. Tiba tiba dia tersungkur jatuh disamping jenazah adiknya Habil. Dia memanggil manggil: "Habil! Habil! Habil !" Habil tidak menjawab, kerana dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir, telah bercerai jiwa dengan raganya. Tinggallah Qabil termangu mangu disamping jenazah adiknya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah jenazah adiknya itu akan ditinggalkannya begitu saja sehingga biar dimakan serigala dan burung burung? Tak sampai hati dia meninggalkannya begitu saja. Akhirnya jenazah itu dipikul ke bahunya dan dibawanya. Tetapi dia tidak tahu ke mana jenazah itu akan dibawanya dan akan diapakan jenazah itu. Dia terus berjalan dan berjalan. Akhirnya dia menjadi letih, lalu berhenti melepaskan lelah. Hatinya sedih dan mulai berkhayal agar adiknya hidup kembali. Sesalnya bertambah tambah, sehingga dia menjadi tak keruan dan gelisah. Mulai dia marah kepada dirinya sendiri. Setelah letihnya agak berkurang kembali jenazah adiknya itu dipikulnya ke bahunya. Dia berjalan tidak bertujuan. Setelah penat, dia berhenti pula melepaskan lelah. Begitulah berulang ulang sampai letih dan lesu, dibawah terik panas matahari. Tiba tiba dia melihat dua ekor burung gagak berkejar kejaran. Kedua burung gagak itu sama menyiruk ke bawah, hinggap ditanah. Keduanya berkelahi sehebat hebatnya, tikam menikam, pukul memukul dengan paruhnya masing-masing. Salah satu di antara kedua burung itu kena pukul yang keras sekali, sehingga patah lehernya. Burung yang kena pukul itu bergeletar ditanah menghempaskan diri. Tak lama kemudian burung itu mati. Setelah mengetahui bahawa burung yang kena itu sudah mati, lalu burung yang masih hidup menggali lubang ditanah dengan menggunakan kaki dan paruhnya. Setelah lubang itu menjadi besar dan dalam, gagak yang hidup menarik gagak yang mati dengan paruhnya ke dalam lubang. Lubang itu lalu ditutupnya kembali dengan tanah. Gagak yang masih hidup lalu terbang meninggalkan tempat itu Melihat itu, Qabil takjub hairan sekali dan berkata kepada dirinya sendiri: "Rupanya aku ini jauh lebih bodoh dari gagak yang hitam itu." Dia lalu meniru gagak itu. Lubang digali, lalu jenazah adiknya dimasukkan dalam lubang itu, dikuburkan dan ditimbunnya dengan tanah. Setelah agak lama Habil dan Qabil tidak pulang, Adam dan Hawa mulai khuatir dan cemas. Adam lalu berangkat mencari kedua orang anaknya itu. Alangkah terperanjatnya Adam melihat darah tertumpah ditanah membasahi bumi. Dadanya bergoncang, hatinya berdebar, Adam berteriak sekeras kerasnya kepada Qabil: "Qabil, apa yang engkau lakukan terhadap saudaramu?" Bergetar tubuh Qabil mendengar teriakan bapanya yang luarbiasa itu. Alam seluruhnya dirasakan turut bergetar dan berteriak kepadanya: "Hai, Qabil ! Apa yang engkau lakukan terhadap adikmu sendiri?" Qabil terus lari dan lari, dicelah gunung yang tinggi, melintasi jurang jurang yang dalam. Dengan hati yang penuh ketakutan, badan gemetar dan jiwa gelisah. Bukit, gunung, jurang, pohon dan binatang apa saja yang ia jumpai, seakan akan turut mengejar dari belakang dan benteriak teriak kepadanya: "Pembunuh, pembunuh, pembunuh." Qabil lari dan lari tenus, tak dapat merasa ketenangan dan kesenangan buat selama lamanya. Dunia ini baginya sejak waktu itu adalah tempat pelarian dan ketakutan, kerana dia sendiri yang membuat dirinya diselubungi ketakutan, sehingga menyangka musuh terhadap apa saja yang ia jumpai dan temui. Begitu susahnya didunia ini, belum lagi dia di akhirat nanti.... ! Adam dan Hawa kehilangan dua orang anak sekaligus. Seorang meninggal dunia dan seorang lagi hilang tak tentu ke mana perginya. Terhadap yang sudah meninggal, Adam dan Hawa mendoakan kepada Allah: "Ya Allah, ampunilah dia; turunkanlah rahmatMu kepadanya di Alam Banzakh, dan berilah ia tempat di Syurga di Alam Akhirat nanti." Terhadap anaknya yang hilang, Adam dan Hawa tak benputusasa, mudah mudahan dia dapat kembali dengan kesedaran dan keinsafan, dapat menginsafi segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, akhirnya dapatlah ia menjadi manusia yang berguna hidupnya didunia ini bagi ibubapa dan adik adiknya. Terhadap anak anaknya yang lain, Adam memperingatkan bahawa kita manusia hidup dipermukaan bumi ini bukan sendirian. Disamping kita manusia ada Setan dan Iblis yang menjadi musuh kita sampai ke anak cucu dan keturunan kita buat selama lamanya. Adam dan Hawa menerangkan kepada anak anaknya pengalaman hidupnya berdua selama berada di dalam Syurga, bagaimana hebat dan halusnya godaan Iblis. Sekalipun dikala itu, kerana sama sama berada dialam Syurga. Adam dan Hawa dapat melihat Iblis dan dapat mendengar suaranya, Adam dan Hawa masih dapat tergoda olehnya. Apalagi sekarang setelah berada dialam bumi, dimana kita manusia tidak dapat lagi melihat Iblis dan tidak dapat mendengar suaranya, sedangkan Iblis tetap dapat melihat kita manusia, maka godaan Iblis dimuka bumi ini pasti jauh lebih hebat dan jauh lebih merbahaya bagi kita manusia. Iblis adalah musuh kita yang dapat melihat kita dan kita tidak dapat melihatnya. Dengan begitu perjuangan kita terhadap Iblis adalah perjuangan atau perkelahian yang tidak setaraf. Tidak ubah saperti penkelahian dua orang manusia: yang pertama dengan mata terbuka dan yang kedua dengan mata tertutup. Dapatlah kita pastikan, orang yang dengan mata terbuka akan selalu menang, dan orang yang dengan mata tertutup akan selalu kalah. Tetapi kita manusia jangan sedih. Tuhan Maha Pengasih dan Maha Adil. Kepada kita manusia diberi Tuhan satu cara untuk membutakan mata Iblis terhadap kita, iaitu bila kita mohon perlindungan Allah dari godaan Iblis dengan membaca: "A'uzubillahi minasy Syaitanir Rajim." Dan kepada kita manusia diberi kekuatan yang dinamakan iman, iaitu kepercayaan penuh terhadap Allah. Dengan keimanan yang kukuh dan kuat, Iblis tidak sanggup menggoda manusia. Iblis malah menjadi takut dan lari dari manusia yang beriman itu. Iblis malah tidak berani mendekatinya.


Halaman: [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] [ 6 ] [ Menu ]
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 139 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-19 / 1 / 1 / 2228
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham