Demikianlah kehebatan
Ibrahim. Pantaslah kalau
Allah di dalam Kitab
SuciNya al-Quran,
mengucapkan salam
kepada Ibrahim: Salamun
ala Ibrahim (salam kepada
Ibrahim). Dan
sepatutnyalah kalau setiap
orang yang beriman, iaitu
kita orang Islam, lima kali
kita mengerjakan
sembahyang dalam sehari
semalam, lima kali kita
mengucapkan selawat
dan salam kepada Ibrahim
dan keluarga Ibrahim
yang beriman kepadanya,
sesudah kita
mengucapkan selawat
dan salam kepada
Muhammad dan semua
keluarganya yang
beriman kepada
Muhammad.
Setelah Ibrahim menjadi
remaja, bahaya
pembunuhan terhadap
anak anak yang baru lahir
sudah dilupakan dan tak
dijalankan lagi, Ibrahim
keluar mencemplungkan
dirinya ke dalam
masyarakat manusia yang
bergelumang dengan
kebodohan dan
kepercayaan-kepercayaan
yang rusak itu. Ia dapati
manusia seluruhnya
sudah sesat. Mereka
melakukan berbagai-bagai
kejahatan, menyembah
berhala berhala dan
patung patung, ada pula
yang menyembah
bintang, bulan dan
matahari. Bapaknya
sendiri bekerja membuat
patung-patung dari kayu
atau batu, lalu menjual
patung patung itu kepada
orang-orang. Patung-
patung itu mereka
sembah. Termasuk yang
menyembah patung
patung itu bapaknya
sendiri yang membikin
patung-patung itu sendiri.
Ibrahim mengeluh dan
mengeluh. Ia mengeluh
kepada Tuhan: Oh Tuhan,
aku menderita, iaitu
penderitaan batin, melihat
kemungkaran dan
kesesatan. Untuk apakah
gerangan akal yang
dikurniakan Tuhan,
mereka pergunakan?
Apakah semata-mata
untuk membuat
kerusakan dan mencari
kekayaan? Ia berdoa: Oh
Tuhan, tunjukilah aku,
kalau Tuhan tidak
menunjuki akan daku,
sungguh aku akan
menjadi sesat sebagai
orang banyak yang sesat
dan aniaya itu.Allah lalu memberikan
petunjuk kepada Ibrahim.
Dia diangkat Allah menjadi
Nabi dan Rasul.
Kepadanya dikirimkan
wahyu-wahyu, sehingga
keyakinannya kepada
Allah Pencipta, sekarang
ini bukan lagi sebagai
kesimpulan pendapat dan
pemikiran semata,
melainkan sebagai iman
atau kepercayaan yang tak
goyah atau goncang lagi.
Allah mengajarkan
kepadanya segala sesuatu
dan segala rahsia yang
ada di balik alam nyata
yang di lihat Ibrahim.
Diajarkan Allah kepadanya
bahawa disebalik alam
nyata ini ada alam ghaib
yang lebih luas. Setiap
manusia yang mati akan
dihidupkan kembali dalam
kehidupan di alam Akhirat
nanti.
Setelah bertahun tahun
lamanya Ibrahim
memikirkan alam nyata
ini, fikiran Ibrahim
sekarang ini tertumpah ke
alam Akhirat itu. Timbul
pertanyaan dalam hatinya
bagaimana caranya Tuhan
dapat menghidupkan
semua manusia yang
sudah mati itu di alam
Akhirat nanti. Sekalipun ia
sudah yakin akan
kehidupan di alam Akhirat
itu, tetapi ia ingin tahu
bagaimana caranya Tuhan
menghidupkan manusia
di alam Akhirat.
Ia berfikir dan bermenung
lagi, ingin tahu bagaimana
caranya Tuhan
menciptakan dan
menghidupkan segala
yang ada dan yang hidup
ini. Bagaimana juga
diikhtiarkannya untuk
mendapatkan
penyelesaian dari apa
yang direnungkannya ini,
ia tak berhasil
mendapatkannya, karena
yang difikirkannya ini
adalah di luar letak
kemampuan akal dan
fikiran manusia, termasuk
akal dan fikiran Ibrahim
sendiri. Dia menjadi
gelisah dan tak tenang
kembali.
Lalu Nabi Ibrahim mendoa
memohonkan kepada
Allah, agar Allah
memperlihatkan
kepadanya, bagaimana
Allah mengadakan
kebangkitan itu,
bagaimana caranya Allah
menghidupkan apa yang
sudah mati itu kembali.
Karena doa yang luar
biasa ini, Allah lalu
bertanya kepada Ibrahim:
Apakah engkau belum
beriman, ya Ibrahim ?
Ibrahim menjawab: Sekali
kali tidak, ya Tuhanku;
bukankah Engkau telah
memberi wahyu
kepadaku, dan aku telah
percaya dan
membenarkannya, tetapi
dalam hal ini adalah
semata mata supaya lebih
terang kepadaku dan lebih
tenang jiwaku ini.
Permohonan Nabi
Ibrahim ini dikabulkan
Tuhan. Lalu diperintahkan
Tuhan agar Ibrahim
mengambil (menangkap)
empat ekor burung.
Supaya masing-masing
burung empat ekor itu
dipotong potong,
diceraikan setiap anggota
tubuhnya, supaya
Ibrahim melihat sendiri
bagaimana cara burung
itu dijadikan hidup lagi
oleh Tuhan Allah.
Potongan potongan kecil
dari keempat ekor burung
itu, dihancur lumatkan
menjadi serbuk yang
halus, lalu dicampur-
adukkan semuanya.
Campuran itu lalu disuruh
bagi menjadi empat
longgok. Masing masing
longgok itu disuruh
taruhkan di atas puncak
keempatempat bukit yang
berjauh jauhan pula
letaknya itu.
Kepada Nabi Ibrahim lalu
diperintahkan Allah
memanggil burung
burung yang sudah
hancur lumat itu. Baru
saja Nabi Ibrahim
memanggilnya, masing
masing longgok burung
yang hancur itu lalu
terbang menjadi burung
biasa kembali. Berbulu,
berparuh, tak ada beza
sedikit juga dengan
burung burung itu sendiri
sebelum hancur menjadi
satu. Masing-masing
burung itu menuju
kepada Nabi Ibrahim, agar
Nabi Ibrahim dapat
melihat dengan mata
kepalanya sendiri,
bagaimana caranya Tuhan
menghidupkan apa yang
sudah mati dan hancur.
Dengan cara dan dengan
semudah itu pulalah Allah
nanti akan menghidupkan
dan membangkitkan
semua manusia yang
sudah mati di kampung
Akhirat, untuk dihisab dan
diperhitungkan segala
amal dan kejahatan tiap-
tiap manusia. Untuk diadili
dan dibalas setiap amal itu
dengan pembalasan yang
setimpal. Amal baik
dengan balasan yang baik,
dan amal jahat dengan
balasan yang jahat pula.
Bila Allah telah
menghendaki sesuatu,
maka tidak ada seorang
pun yang dapat
menghalangi adanya
sesuatu itu. Sungguh
Allah Maha Kuasa dan
Maha Bijaksana.