pacman, rainbows, and roller s
Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.
Kegagalan Ibrahim untuk membetulkan bapanya sendiri, dan sanggahan bapanya terhadap seruannya yang berhati hati dan bijaksana itu, tidaklah menjadikan Ibrahim putus asa, sehingga berhenti berusaha. Hatinya yang tetap, jiwanya yang tenang, tetap memberikan keyakinan kepadanya, bahwa kata kata yang tersusun rapi, anjuran anjuran yang suci murni saja, belum tentu dapat membawakan hasil yang baik, bekas yang berguna di atas muka bumi yang didiami manusia ini. Dia bersiap untuk menghadapi bangsa itu dengan kata kata yang lebih sesuai dengan pendengaran orang yang masih begitu pengertian mereka, lebih mudah dimasukkan ke dalam fikiran dan diterima oleh akal. Dan kalau perlu, tidak dengan kata-kata saja, tetapi dengan tindakan yang dapat dilihat dengan mata dan dirasa dengan anggota badan, yang sesuai pula dengan keadaan yang ada. Sebagai seorang doktor, dicarinya pokok dan sebab penyakit, lalu dibubuhkannya ubat yang sepadan buat penyakit itu, dan keadaan orang yang menderita penyakit. Ibrahim bertanya kepada mereka, dengan pertanyaan yang gampang sekali: Apakah yang kamu sembah itu? Mereka jawablah dengan apa yang mereka sembah, iaitu patung patung yang sudah sama diketahui. Bertanya pula Ibrahim kepada mereka: Melihatkah gerangan patung patung itu kepada kamu menyembahnya, dan adakah patung patung itu mendengarkan apa yang kamu katakan kepadanya ketika kamu menyembah itu? Manfaat apa yang dapat diberi-kan patung- patung itu kepadamu, atau mudharat apa yang dapat dihasilkannya kepadamu ? Mulailah kaum itu bimbang dan ragu dalam memberikan jawapan mereka. Mereka hanya dapat berkata dan menjawab begini: Karena demikianlah yang kami jumpai dari nenek moyang kami sejak dahulu. Alangkah buruknya pekerjaan meniru itu, bertaqlid buta terhadap apa yang ada. Sungguh kamu dan nenek moyangmu itu adalah dalam kesesatan yang nyata, jelas Ibrahim. Apakah engkau sengaja menghina kami, hai Ibrahim, ataukah engkau semata mata bermain main dengan kami? kata mereka pula. Aku berkata dengan sebenarnya, aku tidak pernah bermain main. Aku membawa kepadamu agama yang benar, saya diutus Allah kepadamu membawa pedoman dan petunjuk yang baik. Tuhan yang patut kamu sembah ialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Adapun patung patung yang kamu sembah itu hanya batu batu yang diukir yang tak dapat berbuat apa-apa. Kamu sembah dia karena ajakan setan belaka, untuk menyesatkan kamu. Fikirlah dengan akalmu, lihatlah dengan matamu, mudah mudahan kamu dapat melihat petunjuk ini! Tuhan itulah yang menjadikan aku ini lalu memberi petunjuk kepadaku, yang mengadakan makanan dan minumku; kalau aku sakit, Dialah yang menyembuhkan, yang mematikan dan menghidupkan aku kembali, kepadaNyalah aku tak bosan bosan memohon ampun atas kesalahanku di hari perhitungan nanti. Telah menjadi adat kebiasaan yang tetap bagi bangsa Babylon itu saban tahun mengadakan hari raya besar. Di hari itu semua anak negeri keluar meninggalkan kota, pergi berburu, setelah menyediakan masakan masakan dan makanan yang lazat yang diletakkan di samping tiap tiap patung yang mereka sembah itu. Sepulangnya dari pemburuan itu, mereka makanlah bersama sama akan semua makanan itu di samping patung patung dengan riang gembira, serta memuja muja patung itu.Ibrahim sengaja di hari raya itu tidak turut ke luar kota, sebab sudah ditetapkannya rencana, yang sepeninggalan mereka, Ibrahim akan menghancurkan semua patung patung itu dengan sebilah kapak besar yang sudah disediakannya. Di kala semua orang sudah sama pergi, dan kota itu kosong dari manusia manusia syirik itu, lalu Ibrahim masuk ke rumah penyembahan patung, dimana dia dapati patung sebanyak banyaknya, kecil besar, sedang di samping patung patung itu makanan yang lazat lazat rasanya. Dengan amarahnya Ibrahim berkata kepada patung patung itu: Kenapa, hai patung, tidak engkau makan akan makanan makanan yang lazat itu? Tidak satu pun di antara patung patung itu yang menjawab karena memang batu tidak mendengar kata kata dan tak dapat berbuat apa apa. Dengan marah dan hati yang tetap, dihancurkannya semua patung patung itu sampai hancur luluh merupakan pecahan pecahan batu yang berantakan tak keruan susunannya. Hanya ditinggalkannya satu patung yang paling besar saja. Sedang di leher patung yang terbesar itu digantungkannya kapak yang dipergunakannya untuk menghancurkan patung patung yang banyak itu. Agar dilihatnya sendiri, bagaimana kata mereka terhadap patung yang terbesar itu nanti. Akhirnya semua orang kembali dari perburuan, pulang ke kota, lantas masuk mendapatkan patung patung itu. Alangkah terperanjat semua mereka, seketika mereka lihat semua patung itu sudah jatuh hancur berantakan, pecah belah tak keruan susunannya lagi. Masing masing mereka bertanya satu sama lain: Siapakah yang berbuat begini terhadap tuhan-tuhan kita; sungguh orang itu aniaya sebesar besarnya. Salah seorang di antara mereka lalu berkata: Saya mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim yang selalu menghina hina patung patung kita ini. Tentu dialah yang berbuat ini. Manusia makin banyak datang, ingin tahu siapa sebenarnya yang berbuat itu, dan ingin menyiksa dan membalas sekejam kejamnya. Nabi Ibrahim dicari, lalu ditangkap. Di hadapan kumpulan manusia yang semakin banyakjuga, Ibrahim dipertontonkan kepada orang banyak, lalu dianiayai: Apa benarkah engkau yang sudah berbuat begini terhadap tuhan tuhan kami, hai Ibrahim ? Dengan pertanyaan itu, terbukalah kesempatan kepada Nabi Ibrahim untuk berkata dan menjawab, dengan susunan kata yang serapi- rapinya, paling mudah difahamkan. Sedang orang banyak memasangkan anak telinga mereka masing- masing ingin mendengarkan benar benar akan jawaban Ibrahim itu. Nabi Ibrahim lalu menjawab: Tanyakanlah kepada patung terbesar yang masih utuh itu. Mungkin patung itu marah lalu menghancurkan patung patung yang kecil. Lihatlah kapak masih tergantung di lehernya. jawaban Ibrahim itu menderu masuk ke kuping masing masing mereka membukakan tutup yang sudah berkarat berabad abad lamanya, sehingga mereka terpesona atas kebodohan mereka sendiri. Lalu timbul bantahan-bantahan antara sesama mereka sendiri, sesal- menyesalkan, salah menyalahkan satu sama lain dan berkata: Kamulah yang salah, kenapa tidak ditinggalkan orang seorang untuk menjaganya. Setelah terpesona sebagai ayam kena pukul di kepalanya, mereka lalu berfikir dan menjawab kepada Ibrahim: Engkau tahu sendiri, hai Ibrahim, bahwa patung itu tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan. Bodoh benar engkau yang menyuruh kami bertanya kepada patung itu. Terbukalah kesempatan yang kedua bagi Ibrahim untuk lebih menyingkapkan ketololan mereka, memberi jalan kepada mereka untuk keluar dari lembah kesesatan, menempuh jalan yang benar. Ibrahim lalu berkata kepada mereka: Kalau kamu sekalian sudah tahu yang patung-patung itu tidak dapat berbuat apa- apa dan tidak dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan, apakah bukan kamu sekalian yang lebih tolol, kenapa kamu sekalian menyembah patung patung itu, lalu bermunajat minta-minta kemaslahatan dan keselamatan kepada patung-patung itu sedang patung patung itu sendiri tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri sendiri. Cubalah kamu fikirkan baik baik, kamu sekalian ada mempunyai akal! Tangkisan dan kecaman yang tak dapat mereka jawab. Seluruh mereka jatuh tersungkur tak dapat bangun lagi dalam perdebatan ini. Mereka kalah dan lemah dalam perdebatan dan kebenaran, tetapi lebih kuat dalam persenjataan. Mereka serentak bangun menangkap Nabi Ibrahim, lalu mengikatnya, dengan serentak mereka berkata: Bakar Ibrahim, dan bela patung patung itu !


Halaman: 1 2 3 4 5 6 (Menu)
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 139 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-18 / 1 / 1 / 3134
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham