Dengan pengakuan para
perempuan dan isteri
pembesar itu sendiri
bersihlah Nabi Yusuf dari
segala sangka dan
tuduhan selama ini. Bukan
bersih semata-mata, tetapi
malah bertambah baik
namanya di kalangan
masyarakat ramai, setelah
setiap orang yang keluar
dari penjara itu
menerangkan dalam
masyarakat akan sifat dan
perangai Nabi Yusuf di
dalam penjara. Atas
segala keterangan ini, raja
menjadi tertarik hatinya
untuk memperkerjakan
Yusuf di kalangannya
sendiri, menjadi ajudan
raja, lalu raja berkata
kepadanya: Berdasarkan
apa yang aku ketahui
tentang dirimu, budi-
pekertimu, pemandangan
dan pengetahuanmu,
maka mulai hari ini
engkau kuangkat menjadi
aminku, menjadi orang
kepercayaan tempat aku
bertanya meminta
nasihat-nasihat. Maka
engkau mulai hari ini
berkuasa atas kerajaan kita
ini, engkau berkewajiban
memperbaiki yang kurang
baik dalam negara dan
memajukannya menurut
apa yang engkau rasa
baik. Semuanya aku
serahkan kepadamu untuk
memutuskan dan
mengendalikan-nya.
Karena Yusuf sudah tahu
apa yang akan terjadi
sebagaimana bunyi takwil
mimpi yang sudah
ditakwilkannya itu, dimana
akan datang masa
makmur, maka Yusuf
minta supaya kepadanya
di-serahkan kementerian
kemakmuran, ekonomi
dan kewangan, karena
Yusuf tahu bahwa
makanan dan wanglah
yang menjadi pokok
pangkal keselamatan dan
kesengsaraan sesuatu
negara di atas dunia ini.
Dia minta kedudukan-
kedudukan itu kepada raja
dengan keyakinan,
bahawa dia dapat
menghindarkan ummat
dari kesengsaraan dan
kelaparan yang akan
datang itu.
Permintaan Yusuf
dipenuhi seluruhnya oleh
raja. Dia menjadi seorang
menteri yang berkuasa
penuh. Demikianlah
caranya Allah telah
menempatkan Yusuf di
tempat yang selayaknya,
sesudah bertahun-tahun
lamanya di dalam latihan
dan training. Sekalipun ia
bekas penghuni penjara
tetapi semua
perkataannya didengar
dan diturut orang, segala
aturan yang dibuatnya
dapat dijalankan rakyat
dengan patuhnya; dia
menjadi buah bibir dan
kecintaan rakyat yang
diperintahnya, pula dicintai
oleh raja-raja lain yang
menjadi tetangga
negaranya. Sekalipun
sebelum ini dia pernah
dipenjarakan, dibuang ke
dalam telaga,
diperjualbelikan dan
sebagainya.
Sudah tujuh tahun konon
Nabi Yusuf memegang
tampuk kekuasaan,
menjalankan rencana
politik dan
kemakmurannya. Negeri
Mesir menjadi bertambah-
tambah makmur,
rakyatnya semakin
bertambah bersatu-padu,
taat dan berdisiplin. Masa
tujuh tahun itu
dipergunakannya sebaik-
baiknya untuk
memperbanyak gandum
simpanan, untuk
menghadapi masa tujuh
tahun yang panas dan
terik, yang sengsara dan
lapar itu.
Masa tujuh tahun
berikutnya itupun
datanglah. Karena terik
dan panasnya, tidak
terdapat air mengalir,
sehingga matilah semua
binatang dan tanaman,
maka melaratlah semua
penduduk negeri. Tetapi
karena persediaan yang
cukup yang telah
diselenggarakan oleh
Yusuf selama tujuh tahun
berturut turut, maka tidak
seorangpun di antara
rakyat Mesir yang mati
kelaparan di musim
meleset itu. Kesengsaraan
dan kelaparan di kala itu
bukan hanya menimpa
negeri Mesir saja, tetapi
menimpa pula negeri-
negeri yang berdekatan
dan bertetangga dengan
Mesir sampai ke Kanan,
dimana bertempat tinggal
Nabi Yaakub dengan anak
anaknya yang dinamakan
Asbat itu. Kesihatan
perekonomian Mesir di
saat yang berbahaya itu
dikenal oleh negara negara
yang bertetangga dengan
Mesir. Orang orang pun
sudah sama mengerti
bahwa Mesir dipimpin
oleh seorang Menteri yang
amat pintar, yang adil dan
berbudi paling tinggi.
Kerana itu, bangsa bangsa
dan negara negara yang
terletak di sekitar Mesir itu
sekalipun berlainan
bangsa dan warna kulit,
tidak malu malu datang
minta pertolongan ke
Mesir untuk mengatasi
kesengsaraan rakyat di
negaranya masing
masing.
Pada suatu hari Nabi
Yaakub yang sudah
sangat tua dan buta
matanya itu berkata
kepada anak anaknya: Hai
anak anakku,
kesengsaraan ini akan
menimpa diri kita pula.
Sebab itu cubalah kamu
pergi, beri pelanalah unta
untamu itu, pergilah
menuju ke negeri Mesir,
dimana sekarang ini
berkuasa seorang yang
paling adil dan baik,
namanya masyhur ke
mana-mana. Karena
kebijaksanaannya, Mesir
tetap tidak kelaparan dan
tetap makmur. Cubalah
minta pertolongan kepada
pembesar yang adil
berbudi itu. Tetapi
janganlah kamu pergi
dengan membawa
Bunyamin. Biarlah dia
tinggal bersamaku di
rumah. Kalau tidak begitu
dengan siapakah aku akan
berhibur sedih
sepeninggal kamu
sekalian, menjelang kamu
kembali. Aku doakan
mudah mudahan kamu
selamat dalam perjalanan,
dilindungi oleh Allah dan
ditunjukiNya pula jalan
yang lurus.
Pada suatu hari, penjaga
pintu kamar kerja Yusuf
mengetuk pintu, lalu
masuk dan berkata
kepada Yusuf: Di luar ada
sepuluh orang lelaki, yang
tampak persamaan
keadaan mereka dan
tampak dari wajah
mereka bahawa
kedatangannya itu bukan
dengan niat yang kurang
baik. Mereka tampaknya
asing di negeri kita ini,
berlaku sebagai tetamu
dari jauh. Itu terbayang
dari bahasa dan gerak
gerinya sebagai orang
baru yang agak
kehairanan. Mereka minta
izin masuk, ingin bertemu
dengan engkau, hendak
mengemukakan hal hal
yang mereka bawa
berhadapan mata dengan
engkau. Setelah Yusuf
memberi izin, mereka lalu
masuk. Semuanya adalah
saudara-saudara Yusuf
sendiri, anak anak Nabi
Yaakub yang
diperintahkan bapanya
datang ke Mesir, untuk
minta bantuan bahan
makanan. Sebagai
seorang yang kuat
ingatannya, bijaksana dan
pintar,
Yusuf tidak lupa kepada
mereka. Untuk kebaikan
dan kelancaran urusan
yang menyebabkan
kedatangan mereka itu,
Yusuf mendiamkan apa
apa yang sudah
diketahuinya itu terhadap
mereka. Sedang mereka
rupanya tidak sedikitpun
mengira, bahwa yang
mereka hadapi itu adalah
saudaranya, yang dahulu
pernah mereka buang ke
dalam telaga Jub.
Yusuf menyambut
mereka dengan sebaik
baik sambutan dan
diperlakukannya sebagai
tetamu yang istimewa
dan terhormat. Mereka
dipersilakan duduk di
tempat yang ditentukan,
karena Yusuf ingin
mendengar berita berita
penting dari mereka,
mahu mengetahui
keadaan mereka sekarang
ini.
Sekarang mereka sudah
duduk bersama di sekitar
Nabi Yusuf, Yusuf mulai
bertanyakan ini dan itu:
Kamu sekalian sudah saya
sambut sebagai tamu
yang harus kuhormati
dan menjadi haklah
bagiku terlebih dahulu
untuk bertanyakan
sesuatu hal tentang
keadaanmu dan maksud
kedatanganmu ke mari.
Saya ingin tahu lebih
dahulu siapakah
sebenarnya saudara-
saudara ini semua?
Salah seorang di
antaranya menjawab: Ya,
Tuanku yang budiman !
Kami ini semuanya
bersaudara. Yang
sebenarnya saudara
saudara kami berjumlah
duabelas orang,
semuanya keturunan Nabi
yang mulia, Rasul yang
besar. Sepuluh orang di
antaranya kami yang
duabelas bersaudara itu,
diutus oleh Nabi mulia
iaitu bapak kami, untuk
menghadap Tuan ke mari.
Cita cita kami semuanya
bergantung pada diri Tuan
seorang. Adapun saudara
kami yang kesebelas,
kami tinggalkan bersama
orang tua kami, untuk
mengurus keperluan bapa
kami yang sudah tua dan
mengurus rakyat beliau
yang kami tinggalkan.
Mengenai saudara kami
yang keduabelas, sudah
lama tidak lagi di samping
kami. Kami tidak
mengetahui, apakah dia
sudah diangkat Tuhan ke
rahmatNya, ataukah dia
masih melayarkan bahtera
hidupnya dibumi luas ini,
semua itu tidaklah kami
ketahui. Demikianlah
keadaan kami yang
sebenarnya.
Berkata pula Yusuf: Saya
percaya segala yang
kamu kemukakan itu
benar semuanya.
Sungguhpun begitu,
kebenaran sesuatu
keterangan itu kurang
jelas bila tidak ada bukti
yang nyata dan dapat
dilihat oleh mata. Untuk
menenangkan hati saya,
saya minta dari kamu
sekalian saksi dan bukti
kebenaran dari apa yang
kamu ceritakan itu.
Bukankah kamu
mengatakan tadi bahawa
kamu bersaudara sebelas
orang banyaknya.
Cubalah bawa ke hadapan
saya yang seorang lagi,
karena yang ada sekarang
ini hanya sepuluh orang
saja.
Jawab mereka: Ya,
Tuanku ! Kami di sini jauh
sekali dari kampung
halaman kami, jauh dari
famili dan kawan kawan
kami. Tak begitu mudah
kami membawa
seseorang saksi dari
kampung kami, apalagi
kami sudah kekurangan
perbekalan untuk pulang
dan kembalinya.
Jawab Nabi Yusuf: Saya
akan menyediakan
perlengkapan dan
perbekalan bagimu
secukupnya. Agar kamu
kembali ke kampungmu
selekas mungkin, bawalah
ke mari saudaramu yang
masih ketinggalan itu,
cukuplah dia seorang
untuk menjadi saksi dan
bukti atas kebenaran apa
yang kamu katakan tadi.
Bila kamu kembali
bersama dia ke mari, saya
akan menyambutmu lebih
gembira dari sekarang ini
dan akan saya lipat-
gandakan barang
perlengkapan dan
perlengkapan kamu.
Hanya inilah syarat dan
permintaanku dan hanya
ini pulalah janjiku
terhadapmu. Tetapi bila
kamu tidak membawa dia
ke mari, jangan
diharapkan bahawa
permintaanmu akan
kukabulkan dan tidak ada
gunanya kedatanganmu
kembali nanti.
Mereka menjawab pula:
Kami sangsi bahwa bapa
kami tidak dapat
mengizinkan saudara
kami yang seorang itu
dibawa ke mari, kami
sangsi pula apakah beliau
cukup bersabar hati
berpisah dengan adik
kami itu. Tetapi baiklah
akan kami cuba
membawanya dengan
keterangan-keterangan
yang dapat beliau percayai
dan semua itu akan kami
jalankan insya Allah. Yusuf
lalu memerintahkan
kepada orang-orang
bawahannya untuk
menyediakan perbekalan
dan perlengkapan mereka
itu. Diberinya bekal yang
jauh lebih banyak dan
bekal tersebut bukan saja
merupakan bahan
makanan sebagai yang
diminta mereka, tetapi
ditambah dengan emas
perak untuk mereka
perjual belikan, agar
mereka benar benar
kembali ke tempat ini lagi
dengan harapan yang
tidak kosong. Mereka
segera bertolak kembali ke
negerinya dengan
perasaan lega, disebabkan
sambutan sambutan
Yusuf yang sangat
memuaskan yang
menjadikan kenang
kenangan mereka, dengan
memperoleh buah tangan
dan tandamata yang
sangat berharga.
Setiba di negerinya,
segera mereka menemui
bapaknya, menceritakan
pengalaman pengalaman
dan apa apa yang sudah
berlaku antara mereka
dengan pembesar Mesir
itu dengan berkata: Kami
sudah menemui
pembesar itu, ya bapak,
rupanya dia adalah
seorang yang sangat baik,
seorang menteri yang
murah hati,
dimuliakannya kedatangan
kami, ditanyakannya hal
ihwal kami, diberinya
kami tempat sebaik
baiknya, dilengkapinya
kami dengan perbekalan-
perbekalan yang banyak
dan hadiah hadiah yang
berharga. Hanya saja ada
sebuah syarat yang
dimintanya dari kami, iaitu
bahwa dia tidak akan
memberi bahagian apa
apa lagi kepada kami dan
tidak akan mempercayai
kami, sebelum kami
datang kembali kepadanya
sambil membawa
saudara kami kesebelas
yang ditinggalkan
bersama bapa. Sebab
katanya kalau bukti itu
ternyata tidak dapat kami
tunjukkan kepadanya, dia
tidak percaya akan
kebenaran kata kata kami
itu. Oleh kerana itu
izinkanlah adik Bunyamin
dibawa oleh kami esok
hari ke Mesir dan akan
kami jamin
keselamatannya, tidak
akan kami sia siakan lagi.
Dengan kedatangan kami
bersama dia nanti, akan
menambah berhasilnya
atas kedatangan kami itu.
Percayalah bapa kepada
kami. Dengan mengeluh
Nabi Yaakub benkata
kepada meneka:
Tak sanggup lagi aku
mengizinkan dia pergi
bersamamu. Aku tak
sanggup berpisah dengan
dia. Masih ingatkah kamu
sekalian, apa yang tenjadi
dengan Yusuf dahulu?
Janganlah kamu coba
memperdayakanku yang
kedua kalinya lagi,
cukuplah sudah sekali itu
saja aku ditipu olehmu.
Mendengar jawapan itu,
lalu mereka membuka
semua bungkusan
pembawaan mereka.
Dikeluarkannya dari
bungkusan bungkusan itu
emas dan perak.
Kesemuanya mereka
serahkan kepada bapanya
sambil berkata: Bapa, kami
tidak berbohong, inilah
buktinya atas perkataan
kami yang
sesungguhnya, kami
benar benar telah bertemu
dengan Pembesar Mesir
yang kenamaan itu.
Bagaimana benarnya
ucapan kami tentang hal
ini, begitu pula besarnya
tentang syarat yang
diminta oleh pembesar
itu. Percayalah bapa,
izinkanlah dia bersama
kami besok. Kalau kami
tidak kembali lagi
bersamanya, kami akan
tebusi dengan jiwa kami
sekalian.
Setelah Yaakub melihat
bukti bukti kebenaran apa
yang mereka katakan itu,
Yaakub mulai sedikit
percaya kepada mereka
dan merasakan sendiri
akan syarat yang
diberikan oleh Pembesar
Mesir itu. Akhirnya Yaakub
mengabulkan
penmintaannya dengan
mengizinkan Bunyamin
turut serta dalam
penjalanan itu, tetapi
dengan penjanjian dan
ikrar yang keras: Dia harus
kembali dengan sihat
walafiat, kalau tidak, kamu
akan menerima takdir
yang tidak dapat direkakan
hebatnya dan kamu tidak
akan diakui sebagai
anakku lagi.
Setelah mereka semuanya
menerima baik segala janji
dan ikrar itu dengan
bersumpah dan
mempertaruhkan
keimanan mereka, lalu
berkata: Tuhan menjadi
saksi atas segala yang
kami katakan itu.
Mereka berangkat
bersama adiknya yang
diminta oleh Yusuf supaya
dibawa. Setelah berjalan
jauh, menurun dan
mendaki berhari dan
bermalam, akhirnya
sampailah mereka di
tempat yang dituju, lalu
minta izin masuk untuk
bentemu dengan Yusuf.
Baru saja Yusuf melihat
akan saudaranya sendiri
turut serta, bukan main
ghairatnya untuk
memeluk dan menciumi
saudaranya itu, tetapi
seluruh perasaannya
disembunyikan saja,
Mereka itu dipanggil untuk
dijamui bersama sama
dan diaturnya duduk
berdua dua. Kerana
mereka berjumlah sebelas
orang, maka tinggallah
Bunyamin duduk
menyendiri. Melihat dia
duduk sendiri itu,
Bunyamin lalu
mengenangkan nasibnya
yang malang itu, seraya
menangis tersedu sedu
dan berkata dengan suara
yang gugup-sayup
terdengar:
Kalau Yusuf masih ada,
tentu dialah yang duduk di
sampingku sekarang ini.
Melihat itu Yusuf lalu
tampil dan menjadi teman
bagi Bunyamin. Rumah
tempat tinggal pun
disediakan sebuah rumah
untuk dua orang dan
Yusuf pulalah yang tinggal
bersama Bunyamin.
Yusuf serumah dan
bermalam dengan
adiknya. Yusuf lalu
bercakap cakap dengan
adiknya yang dicintainya
itu: Sukakah engkau
menjadikan saya sebagai
ganti saudaramu yang
telah meninggal itu ?
Bunyamin menjawab:
Memang tidak ada orang
yang lebih baik dari Tuan
sendiri. Namun sayang,
Tuan bukan dianakkan
oleh Yaakub dan bunda
Rahil.
Mendengar jawaban
adiknya itu, Yusuf tidak
dapat menahan
airmatanya, lalu menangis
tersedu sedu sambil
berdiri dan mencium
adiknya, ia berkata
membukakan rahsianya:
Aku ini adalah saudaramu
yang selama ini engkau
sebut sebut dan kau
rindukan. Akulah Yusuf
saudaramu itu. Aku sudah
mengalami banyak
pengalaman kerana buah
perbuatan saudara-
saudara kita. Banyak
pengalamanku yang sedih
sedih dan pahit pahit. Aku
pernah ditimpa fitnah
yang paling berat. Tetapi
itu semua kulawan
dengan kesabaran dan
ketetapan hati, sambil
berjuang mengatasinya
atas cubaan cubaan itu.
Akhirnya Allah
menunjukkan jalan
bagiku, sehingga yang
sengsara kini menjadi
kaya, yang pernah difitnah
sekarang menjadi orang
yang berkuasa. Tetapi hal
ini sekali kali janganlah
engkau ceritakan kepada
saudara saudara kita
untuk sementara waktu.
Tutuplah dahulu rahsia ini
serapat-rapatnya terhadap
mereka.Tidak dapat diterangkan
bagaimana perasaan
Binyamin pada waktu itu
setelah mengetahui
bahwa yang bercerita itu
adalah Yusuf saudaranya.
Begitu pula perasaan
Yusuf sendiri !
Beberapa hari sudah
berlalu dengan tenang,
Mereka sudah sampai
waktunya untuk kembali
ke negerinya. Tetapi Yusuf
ingin membuat sesuatu
yang agak
menggemparkan
terhadap mereka. Setelah
semua perbekalan dan alat
alat yang diperlukan
dalam penjalanan itu
disediakan, begitu pula
buah tangan untuk
dibawa pulang, lalu Yusuf
memerintahkan kepada
seorang suruhannya, agar
ke dalam barang barang
yang akan dibawa oleh
Bunyamin, dimasukkan
dengan diam diam
sebuah timbangan
kepunyaan negara. Baru
saja mereka berangkat
keluar dari Kota Mesir, tiba
tiba mereka ditahan orang
dengan berkata:
Berhenti dan turun
semua, kamu ini adalah
pencuri semua. Alangkah
terkejut dan gemparnya
mereka mendengar
tuduhan seberat itu:
Apakah maksudmu
menuduh kami, kami ini
bukan pencuri sebagai
yang kamu tuduh itu.
Barang apakah yang
sudah kami curi dari
kamu?
Orang itu menjawab:
Kami kehilangan
timbangan (cupak)
kepunyaan raja, dan kami
mempunyai persangkaan,
bahawa kamulah yang
telah mengambilnya.
Sebab itu kalian kami
tahan dan kami berkuasa
untuk menahanmu.
Demi Allah kami datang ke
mari bukan untuk
merusak dan mencuri,
jawab saudara-saudana
Yusuf.
Kita tak usah bertengkar
panjang-panjang, izinkan
saja kami memeriksa
segala bungkusan yang
kamu bawa ini. Hukuman
apakah yang akan kamu
jalankan nanti, bilamana
barang itu ter-dapat dalam
bungkusanmu? kata
orang itu lagi. Jawab
saudara saudara Yusuf:
Kami ini adalah orang
orang yang mempunyai
undang undang,
mempunyai agama pula.
Menurut undang undang
dan agama kami, bila
seseorang kedapatan
mencuni, dia harus
ditawan dan boleh
dijadikan budak oleh
orang yang mempunyai
barang itu. Inilah undang
undang negeri kami yang
selalu kami patuhi dan
tunduk kepadanya. Tetapi
kami yakin bahwa kami
tidak mencuri apa apa.
Akhirnya perkara tersebut
dibawa ke hadapan Yusuf,
untuk mempersaksikan
janji janji yang telah
dikemukakan mereka
sebagai orang orang
terdakwa. Tiap bungkusan
diperiksa dengan teliti,
seorang demi seorang.
Tidak seorang pun di
antara sepuluh orang
pertama yang membawa
barang curian itu.
Sekarang tibalah giliran
Bunyamin untuk diperiksa
segala bungkusannya,
iaitu pemeriksaan yang
penghabisan. Baru saja
bungkusan Bunyamin
dibuka, terdapatlah di situ
cupak (timbangan) yang
dikatakan hilang itu. Cupak
itupun segera
dipertontonkan kepada
mereka. Alangkah terkejut
dan terperanjat mereka,
malu yang tak dapat
terkatakan besarnya.
Yusuf lalu berkata kepada
mereka: Sekarang kita
tinggal menjalankan
undang-undang dan
memenuhijanji yang
sudah kamu ucapkan tadi.
Orang yang bersalah kami
tahan dan memang sudah
menjadi hak bagi kami
untuk menahannya." Ya,
Tuanku, keluh mereka.
Bapanya sudah sangat
tua, sudah melewati dua
usia (lapanpuluh tahun
lebih), bapanya sungguh
berat berpisah
dengannya. Ia diizinkan
dibawa oleh kami ke mari
hanya untuk kali ini saja,
guna memenuhi
permintaan Tuanku atas
kebenaran kami, namun
dengan perjanjian bahawa
ia harus bersama kami
bilamana kami pulang
kembali. Kami ini
semuanya berjumlah
sepuluh orang. Ambillah
oleh Tuanku salah
seorang di antara kami
untuk menggantikannya
dan kami percaya bahwa
Tuanku adalah orang
yang sangat baik hati.
Berkata pula Yusuf: Kami
berlindung kepada Allah,
bahwa kami tidak akan
menahan orang yang
tidak mengambil barang
kami, sebab kalau
demikian halnya, berarti
kami orang aniaya.
Dengan meneteskan
airmata, mereka meminta
agar Bunyamin dapat
dibawa pulang akan tetapi
permintaan tidak dapat
dikabulkan. Akhirnya
mereka sama berputusasa
untuk memperoleh
Binyamin kembali.
Berkatalah ketika itu
seorang yang terbesar di
antara mereka, yaitu
Yahuza: Kita sekalian
sudah bersumpah
terhadap bapak kita,
bahwa Bunyamin pasti
pulang dengan selamat,
tetapi sekarang tennyata
Bunyamin tertinggal,
apakah daya kita? Apakah
kita dahulu sudah
menghilangkan Yusuf dari
bapak dan ketika itupun
kita sama sama
bersumpah pula.
Hati bapak yang luka dan
sedih karena hilangnya
Yusuf belum sembuh,
airmata bapak setiap
harinya masih terus
mengalir. Kita telah
berdosa besar terhadap
Yusuf dan dosa itu kita
ulangi lagi terhadap
Bunyamin.
Saya benjanji bahwa saya
tidak akan meninggalkan
negeri ini, hingga bapa
saya memberi izin untuk
kembali atau Allah
menjatuhkan hukuman
atas diri saya, karena Allah
adalah sebaik-baik
pemberi hukum.
Sebab itu pulanglah
engkau sekalian tinggalkan
saya dan katakan kepada
bapak nanti, bahwa
Binyamin telah mencuri,
te tapi kita sendiri tidak
melihat bahwa dia
mencuri dan apa yang
sebenar-nya tersembunyi
dalam hal ini kita tidak
mengetahuinya. Baiklah
bapa supaya menanyakan
kepada orang orang di
bumi tempat kita berpijak
di situ dan orang orang di
kafilah yang berada di
hadapan kita ketika itu,
semuanya akan menjadi
saksi bahwa per-kataan
kita itu benar.
Mereka kesembilan orang
pun pulanglah menuju
kampung halamannya,
sedang Yahuza sengaja
tinggal di Mesir, begitupun
Bunyamin ditawan oleh
pembesar Yusuf.
Baru saja Yaakub melihat
bahwa Bunyamin tidak
pulang bersama mereka,
hatinya rasa disayat untuk
kedua kalinya, bercampur
geram yang tak dapat
dibayangkan. Lalu ia
bertanya: Apa pula yang
kamu lakukan atas diri
saudanamu? Mana
sumpah dan janji yang
sudah kamu ucapkan itu?
Cuba ceritakan apa
kejadian yang
sebenarnya !
Semua kejadian itu
mereka ceritakan. Yaakub
lalu memalingkan muka
menyisihkan diri menuju
ke dalam kamarnya
bersembunyi diri dan
berkata: Hal itu sudah
terjadi pula, maka sabar
pulalah yang lebih baik,
karena hanya Allahlah
yang dapat menolong
atas semua apa yang
diceritakan itu.
Mula mula aku kehilangan
Yusuf, sekarang
kehilangan Bunyamin dan
Yahuza pula. Mudah
mudahan Allah akan
mendatangkan mereka
yang telah hilang itu
bersama sama, karena
Tuhan Allah Maha
Mengetahui, Maha Kuasa
dan Maha Pintar.