Dengan bersembunyi
Musa lalu keluar
meninggalkan kota itu,
kerana merbahaya buat
keselamatan dirinya. Dia
menghadapkan mukanya
ke hadrat Allah memohon
perlindungan dari segala
bencana yang diniatkan
orang atas dirinya.
Lapan hari delapan malam
lamanya dia berjalan terus
menerus menuju ke
Madyan (perbatasan Hijaz
dan Syam) dengan
seorang diri, tidak ada
teman, selain
perlindungan Allah
semata, tidak ada
perbekalan selain takwa
kepada Allah. Berjalan
tanpa sepatu pula,
sehingga pecah kakinya.
Dengan di timpa kelaparan
hebat, sehingga dia tidak
sanggup lagi membunuh
nyamuk dengan
tangannya karena lemah
dan letihnya. Sekalipun
begitu, namun perjalanan
diteruskan, bukan mencari
keuntungan wang dan
lainnya, tetapi semata
mata untuk menjauhkan
diri dari bahaya Firaun dan
kaumnya, menghindarkan
dirinya dari orang orang
yang berniat buruk dan
selalu mencari dia.
Akhirnya tibalah dia di
Madyan. Dilihatnya
banyak manusia
berkumpul dan
berkerumun. Setelah
didekatinya, tahulah dia
bahawa di sana ada
sumur. Mereka adalah
orang orang gembala
yang sedang berebutan
dahulu mendahului untuk
mengambil air dari dalam
sumur itu, untuk minum
mereka atau kambing
kambingnya. Agak tersisih
dari orang banyak itu,
Musa melihat pula dua
orang anak perempuan
sedang menjaga kambing
kambingnya yang sangat
kurus, jauh berbeza
dengan kambing kambing
orang banyak yang
gemuk gemuk semuanya
itu. Kedua anak
perempuan itu terpaksa
menyisihkan diri untuk
menjaga kehormatan
dirinya, tidak mahu
berasak asak berebut
mengambil air. Dengan
sabar dia menunggu
orang banyak itu selesai
semuanya baru dia
mengambil pula air untuk
kambing kambingnya.
Kadang kadang dia temui
sumur itu telah kosong,
dari itulah maka kambing
kedua perempuan itu
kurus kurus, sedang
kambing orang banyak itu
gemuk gemuk. Dan ini
pulalah yang
menyebabkan kedua anak
perempuan itu selalu
terlambat pulang ke
rumahnya, kerana
menunggu orang banyak
selesai lebih dahulu.
Melihat keadaan yang
demikian, bergolak pulalah
dalam jiwa Musa perasaan
untuk melindungi orang
yang teraniaya. Musa
mendekati kedua anak
perempuan itu lalu
bertanya: Kamu berdua
sedang apa di sini?
Kedua anak perempuan
itupun menerangkan
kepada Musa, bahawa dia
menunggu selesainya
orang banyak, untuk
mengambil air pula dari
sumur itu. Kami tidak
mahu berdesak-desakan
dengan lelaki sebanyak itu.
Kami terpaksa datang
mengambil air ke mari,
karena bapak kami sudah
tua, tidak mungkin untuk
datang sendiri ke mari.
Mendengar cerita kedua
anak perempuan itu, Musa
timbul rasa kasihannya.
Dia bangkit berdiri
mengambil air dari sumur
itu, berasakkan dengan
orang banyak, lalu
diminumkan kepada
kambing kambing kedua
anak perempuan itu.
Kemudian Musa menuju
ke tempat yang agak
teduh, ia duduk di situ
melepaskan lelahnya.
Dirasakannya benar benar
penat, letih dan lapar, dia
memohon kepada Tuhan
untuk dikasihi atas
kemiskinan dirinya itu.
Kedua anak perempuan
itu dengan pertolongan
Musa dapat pulang ke
rumahnya agak segera
dari yang sudah sudah,
sehingga bapanya merasa
hairan, lalu bertanya apa
sebab mereka agak lekas
pulang kali ini.
Mendengar cerita anak
anaknya, timbul dalam
hati orang tua itu
(menurut ahli sejarah,
orang tua ini ialah Nabi
Syuaib) ingin berkenalan
dengan Musa, sehingga
diutuskannya salah
seorang dari anak
perempuannya itu untuk
memanggil Musa datang
kepadanya.
Setelah sampai anak
perempuan itu ke dekat
Musa, dengan malu malu
ia berkata: Saya diutus
bapa untuk
memanggilmu agar sudi
datang ke rumahku,
kerana bapa telah
berhutang budi atas
kebaikanmu yang telah
menolong kami.
Musa mengabulkan
undangan anak
perempuan yang
diperintahkan bapanya itu.
Keduanya sekarang
berjalan beriring iringan
menuju rumah anak
perempuan itu. Anak
perempuan di belakang,
sedang Musa di muka,
untuk menjaga
kehormatan kedua belah
pihak. Setiba di rumah, dia
disambut oleh Syuaib
(bapa perempuan itu)
dengan dada yang lapang
dan rasa terima kasih atas
kebaikan dan pertolongan
Musa. Anak muda itu
diminta menceritakan hal
ehwal dirinya; maka
diceritakannya dari awal
sampai akhirnya,
sehingga tahulah orang
tua itu akan sebab dan
rahsia perjalanannya yang
jauh itu.
Orang tua itu
mendengarkannya
dengan tenang.
Tampaklah olehnya sifat
sifat baik yang ada pada
Musa. Orang tua itu
menenangkan jiwa Musa
dengan berkata: Jangan
khuatir, di sini engkau
akan bebas dari
pengejaran kaum yang
zalim itu.