Dengan harapan penuh
supaya Firaun insaf akan
kekurangan dirinya, insaf
akan kebesaran
Tuhannya, maka Musa
cuba cuba
memperlihatkan mukjizat
yang telah dikurniakan
Allah kepadanya, untuk
dipertontonkan kepada
Firaun, sesudah terbukti
bahawa Firaun tidak mahu
tunduk kalau hanya
dengan kata kata belaka.
Bukan terhadap Firaun
saja, tetapi hendaknya
dapat pula menginsafkan
para bangsawan yang tak
lebih dan tak kurang pada
kekafiran mereka, bahkan
mereka itulah sebenarnya
yang telah menghasut
dengan nasihat nasihatnya
yang amat kejam,
sehingga Firaun menjadi
bertambah sesat dan
kejam juga.
Dengan mengucapkan
syukur kepada Tuhan
yang telah menurunkan
berbagai rahmat dan
nikmat, Musa mulai
memperlihatkan
mukjizatnya yang besar.
Tongkat yang berada di
tangannya,
dilemparkannya ke tanah.
Tiba tiba tongkat itu
menjadi ular besar,
sehingga Firaun dan para
bangsawannya betul betul
takjub melihatnya.
Cobalah mukjizaterlihatkan
yang lainnya lagi ! kata
Firaun kepada Musa,
dengan harapan Musa
tidak akan dapat lagi
berbuat apa apa selain
semacam itu saja.
Musa segera
memasukkan tangannya
ke ketiaknya. Sejurus
kemudian tangan itu
dikeluarkannya. Tangan
tersebut mengeluarkan
sinar yang berkilau
kilauan, lebih hebat dari
cahaya kilat, sehingga
dunia menjadi terang
benderang kerananya,
mata Firaun dan para
bangsawannya menjadi
silau.
Firaun merasa sudah tidak
mempunyai daya lagi
untuk mengalahkan Musa.
Dia berpaling menuju ke
tempatnya bersama sama
dengan para
bangsawannya. Dalam
hatinya timbul berbagai
bagai fikiran jahat, dengan
cara bagaimana dapat
mengalahkan Musa.
Kehebatan Musa itu dicuba
diperkecil kecilkannya, dia
menganggap bahawa itu
semua sihir semata. Dia
lupa akan kebesaran Allah
yang telah memberikan
mukjizat itu.
Berkata Firaun kepada
para bangsawannya:
Kedua tukang sihir itu
(Musa dan Harun),
rupanya ingin
mengalahkan kita dengan
sihirnya, ingin
mengeluarkan kita dari
negeri ini dengan kekuatan
sihirnya. Bagaimanakah
pandangan kamu sekalian
tentang hal ini?
Semua bangsawan dan
pembesarnya itu
menjawab:
Kedua orang itu perlu kita
kalahkan, dengan
mendatangkan semua ahli
ahli sihir bangsa kita yang
telah masyhur
kepandaiannva itu, untuk
mengalahkan Musa,
bahkan untuk
melenyapkan kedua
mereka itu dari
permukaan bumi ini.
Sebagaimana kita ketahui,
bahawa Mesir di masa
Firaun itu masyhur sekali
dengan ilmu sihirnya.
Keahlian tukang sihir Mesir
ketika itu telah dapat
mengalahkan semua
tukang tukang sihir yang
bagaimanapun juga
pintarnya di atas dunia ini.
Dan atas kehebatan ilmu
sihir para pengikutnya
itulah, maka Firaun dapat
berkuasa dan menjadi raja
besar.
Fikiran para bangsawan
dan pembesar itu masuk
pula di akal Firaun. Semua
tukang sihir diperintahkan
datang berkumpul, dari
seluruh pelusok Mesir,
baik dari desa mahupun
dari kotanya.
Lalu Firaun berkata kepada
Musa:
Apakah engkau sengaja
datang ke mari untuk
mengusir kami dari negeri
kami dengan kekuatan
sihirmu itu, hai Musa?
Ditegaskannya oleh
Firaun, bahawa Musa tidak
akan dapat berbuat lebih
dari itu, kerana rakyat
Firaun sudah termasyhur
ahli tentang ilmu sihirnya.
Musa diperintahkannya
untuk berhadapan dengan
tukang tukang sihir yang
sudah dikumpulkannya itu
guna mengadukan
kepintaran. Musa menurut
agar pertandingan
kepintaran itu diadakan di
hadapan rakyat banyak,
agar orang banyak dapat
mengetahui, siapa yang
benar dan siapa pula yang
tidak benar dan palsu
dalam hal ini.
Dalam pada itu Firaun
dengan segala daya
upayanya, memilih di
antara tukang tukang sihir
yang berpuluh puluh ribu
itu, beberapa ribu saja
yang benar benar pintar
dan telah terbukti
kepintaran mereka. Untuk
dihadapkan kepada Musa
untuk mengalahkannya,
bahkan kalau dapat untuk
melenyapkan Musa sekali.
Kepada masing masing
tukang sihir itu dijanjikan
oleh Firaun akan pangkat
yang tinggi dan harta
sebanyak banyaknya, bila
tukang tukang sihir itu
berjaya mengalahkan
Musa dalam hal ini. Hari
yang telah ditetapkan
itupun datanglah. Baik
Firaun dan para
bangsawannya, mahupun
semua tukang sihir yang
ribuan jumlahnya itu
sama sama berkumpul di
tanah lapang yang luas,
dimana hampir seluruh
rakyat pun turut menjadi
penonton.
Nabi Musa dan Harun
berdua saja, tampil ke
tengah tengah lapangan
pertandingan.
Di tempat itu berkatalah
Musa kepada sekalian
tukang sihir:
Celaka besar bagi orang
yang berbuat dusta
tentang Allah. Kamu
sekalian sudah
mendustakannya, kamu
kira mukjizat ini sebagai
sihir, kamu persamakan
saja antara sihir dengan
mukjizat, antara yang batil
dengan yang hak.
Barangsiapa yang
mencuba memalsukan
yang hak dan
membenarkan yang
palsu, maka orang itu
akan kalah dan rugi
semata mata.
Seruan dan kata kata Musa
yang singkat itu, rupanya
lancar sekali masuknya ke
dalam telinga tiap tiap
tukang sihir itu. Dan kata
kata ini akan memberi
saluran yang baik sekali
dalam fikiran mereka
untuk mencari jalan yang
benar, di antara dua
keadaan yang saling
bertentangan, yang
sedang mereka hadapi
sekarang ini.
Tiba tiba semua tukang
sihir yang puluhan ribu
jumlahnya itu, dipanggil
oleh Firaun untuk
berkumpul dan berbaris
dengan gagah, sedang di
masing masing tangan
mereka tergenggam
seutas tali dan sebuah
tongkat. Hal itu sengaja
dikerjakan oleh Firaun,
untuk memperlihatkan
kekuasaannya kepada
Musa dan Harun, agar
Musa dan Harun takut dan
orang banyak
bersemangat.
Dengan demikian, orang
banyak rata rata sekarang
ini percaya akan
kemenangan tukang
tukang sihir yang banyak
itu, yakin bahawa Musa
dan Harun akan dapat
dikalahkan dan
dibinasakan di tengah
tengah pertandingan itu.
Firaun segera
memerintahkan untuk
mulai pertandingan. Lalu
berkata tukang tukang
sihir itu kepada Musa: Apa
kamu akan memulai
mempertunjukkan
kehebatanmu, ataukah
kami yang akan
memulainya?
Musa dan Harun
sedikitpun tidak gentar
akan semua pertunjukan
kekuasaan Firaun itu.
Dengan tak khuatir
sedikitpun, tukang tukang
sihir itu dipersilakan
memulai akan kehebatan
sihirnya. Dengan
memperlindungkan diri
kepada Allah, serta berdoa
akan pertolongan Allah,
Musa mempersilakan
tukang tukang sihir itu
melepaskan tali dan
tongkat tongkat mereka.
Dengan serentak, mereka
melepaskan tali dan
tongkat dari tangannya
masing masing. Di
hadapan Musa dan Harun
tiba tiba merayaplah
beribu ribu ekor ular kecil,
yang kesemuanya
menuju ke arah Musa dan
Harun, untuk
membinasakan mereka
berdua.
Jelas terdengar oleh Musa
akan wahyu Allah ketika
itu:
Jangan takut, hai Musa,
engkaulah yang lebih
unggul.
Musa segera melepaskan
tongkatnya, seketika
itujuga menjelma menjadi
seekor ular yang luarbiasa
besarnya. Semua ular
yang kecil kecil itu segera
ditelannya sampai habis,
dalam waktu sekejap
mata saja. Melihat kejadian
itu semua tukang tukang
sihir merasa takjub dan
tercengang. Tampaklah
oleh mata kepalanya
sendiri, bagaimana
kebenaran dapat
melenyapkan kepalsuan,
begitu pula yang hak
dapat menyapu bersih
akan kesesatan. Sekalian
tukang sihir itu, dengan
serentak tunduk dan
bersujud di hadapan Musa
dan Harun, kerana mereka
menginsafi akan kesesatan
perbuatannya serta
ilmunya, mereka
bertaubat dan memohon
ampun kepada Allah, atas
segala dosa yang telah
mereka lakukan selama
ini. Menggetarlah tubuh
Firaun menahan
kemarahan, setelah ia
melihat kejadian itu.
Terasa olehnya mahkota
yang berada di kepalanya
bergerak mahu roboh,
kekuasaannya yang
diharapkan-nya akan
bertambah kuat, tetapi
ternyata malah semakin
merosot. Kejadian yang
dilihatnya itu,
dirasakannya seolah olah
angin taufan yang paling
dahsyat, yang mungkin
akan dapat
menumbangkan kerajaan
yang didirikannya di atas
segala kepalsuan dan
kebodohannya.
Kerana banyaknya orang
orang yang sama tunduk
dan beriman kepada Musa
dan Harun, lalu Firaun
mengeluarkan undang
undang darurat yang
mengancam kepada siapa
yang keluar dari ketaatan
terhadap dirinya.
Berbagai-bagai hukuman
dicantumkan dalam
undang undang yang
baru itu, ada hukuman
potong tangan, potong
kaki, hukum gantung,
salib dan sebagainya.
Kalau rasa keimanan telah
meresap ke dalam jiwa
seseorang manusia,
walaupun dengan
kekuatan senjata apa saja,
keimanan itu tidak akan
dapat dicabut keluar, Tidak
ada sebuah kekuasaan
yang bagaimana juga
besar dan perkasanya
yang sanggup mem-
belokkan hati orang yang
beriman itu, sekalipun
dengan ancaman
ancaman yang bagaimana
juga hebat dan beratnya,
Mereka yang telah
beriman itu hanya berkata:
Kami beriman kepada
Tuhan, agar diampuniNya
segala kesalahan dan dosa
dosa kami, yang telah
kamu paksakan terhadap
kami untuk mengerjakan
serta mempelajari sihir.
Allah lebih baik dan lebih
kekal.