The Soda Pop
Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.
Tinggallah Musa di rumah orang tua itu dengan perasaan yang lega dan tenang. Begitu pula bagi orang tua serta anak- anak-nya itu. Cahaya keimanan sama sama berkilauan di hati Musa dan orang tua itu, demikian pula perasaan keikhlasan dan ramah tamah. Pergaulan mereka semakin rapat dan mendalam juga. Kemudian sifat dan tabiat pemuda Musa berpengaruh besar ke hati orang tua itu dan terhadap anak anaknya pula, sehingga kedudukan Musa dalam pergaulan rumah tangga itu semakin tinggi dan mulia. Terlebih berpengaruh lagi terhadap kalbu anak perempuannya. Sifat yang ramah tamah, kekuatan badan dan kesucian hatinya, semakin mendalam masuk dalam rasa hormat dari anak perempuan itu. Perasaan hormatnya ini disampaikannya kepada bapanya dengan berkata: Ya bapaku, pekerjakanlah anak muda itu pada kita, karena bukankah sebaik baik orang yang akan dipekerjakan itu, ialah orang yang kuat dan berhati tulus ikhlas? Dan bukankah anak muda itu telah banyak menolong kita, serta dapat mengangkat tutup sumur yang begitu berat seorang diri? Bukankah dia berhati bersih dan suci sekali, sehingga ketika kita mengundang-nya, dia hanya menganggukkan kepalanya? Begitu pula ketika kami berjalan berdua, dia berjalan di muka untuk menjaga kehormatan perempuan yang mengiringkannya. Tiap patah kata yang keluar dari mulut anak perempuannya itu, didengarkan oleh orang tua itu seolah olah acuh tak acuh, tetapi sebenarnya diperhatikannya dengan sungguh sungguh, kerana perasaan yang demikian itu lebih dahulu sudah tumbuh serta berurat dalam kalbunya sendiri, sebelum anaknya berkata. Kini dia mengerti sedalam- dalamnya, mengapa anaknya berkata demikian, memecahkan pendiamnya selama ini? Pada suatu pagi, di kala sang surya mulai bersinar, udara penuh dengan cuaca terang dan angin sepoi sepoi, duduklah orang tua itu seorang diri di tempat yang sudah disediakan. Musa dipanggilnya, lalu berkata: Hai Musa, saya mempunyai cita cita akan mengahwinkan engkau dengan salah seorang anakku, dengan harapan engkau dapat menjadi teman hidupnya serta dapat menolongku. Bekerjalah engkau di sini mengembala kambing lapan tahun lamanya, sebagai maskawin bagi perkahwinanmu. Tetapi kalau engkau suka menambah, tambahlah dua tahun lagi, jadi sepuluh tahun lamanya, itupun terserah kepada kesanggupanmu, saya sendiri tidak akan memberatkan dirimu dan engkau akan mengetahui nanti, bahawa aku adalah orang baik baik, insya Allah. Mendengar perkataan orang tua itu, terbentanglah di hadapannya jalan ke arah bahagia yang dicita- citakannya selama ini terasa dalam hatinya, bahawa doanya kepada Tuhan ketika dia termenung melepaskan lelahnya tempohari itu, telah dikabulkan Tuhan. Dengan tak terasa, lidahnya bergerak menjawab perkataan Syuaib, bakal mertuanya itu: Saya terima segala anjuran bapak. Perjanjian antara saya dengan bapa, apabila saya turut yang manapun salah satu antara kedua perjanjian itu (8 tahun atau 10 tahun), kiranya saya tidak bersalah. Allah menjadi saksi atas perjanjian kita ini. Dengan perkahwinan ini, Musa hidup bahagia sekali dalam perasaannya, karena mendapat isteri yang cantik serta mertua yang baik. Keadaan rumahtangganya cukup dan pekerjaannya pun baik. Dia bekerja dengan sebaik-baiknya dalam mengurus urusan orang tua itu, untuk memenuhi janji yang telah ditetapkan. Menjelang sampai di batas waktu yang telah .ditetapkan, keinginan Musa untuk kembali ke tanah airnya mulai timbul, sekalipun dia berbahagia dan senang di negeri orang; namun ingatan ke kampung halaman sendiri pasti timbul jua. Pernah disebut orang dalam pepatah: Setinggi tinggi terbang bangau akhirnya kembali ke belakang kerbau hinggapnya. Waktu yang ditetapkan dalam perjanjian itupun sampailah. Dia bebas sekarang untuk memilih, akan menetap di situ atau pulang kembali ke negerinya. Niatnya untuk kembali ke kampungnya bersama isterinya sudah tetap dan tidak dapat digagalkan lagi. Dia mulai bersiap siap menyediakan bekal dan membungkusi harta bendanya, untuk segera berangkat ke Mesir bersama isterinya. Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada mertuanya yang sudah tua, serta mendoakan agar yang ditinggal selamat, begitu pula yang pergi jangan sampai kurang suatu apa. Kedua suami isteri yang bahagia itupun bertolaklah menuju ke utara, meninggalkan negeri Madyan. Setelah semakin lamanya berjalan menempuh padang pasir yang luas, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Tur Sina (Gunung Sinai). Selain penat dan lelah, kedua musafir suami isteri itu kini kehilangan jalan, mereka merasa ragu, arah manakah yang harus ditempuhnya untuk meneruskan penjalanan ke Mesir. Dalam keragu-raguan itu malam pun datang, satu malam yang sangat bersih, dengan bintang bintang yang gemerlapan di langit. Bertambah ragulah kedua musafir itu tentang jalan yang harus ditempuhnya. Tiba tiba, jauh di sana, di sebelah kanan jurang yang dalam, Musa melihat ada api berkelip kelip. Musa ingin mendekati api yang tampak itu seraya berkata kepada isterinya: Tinggallah engkau sendirian di sini sementara, saya ingin melihat, api apa yang tampak itu. Segera saya akan kembali ke sini membawa khabar, sambil membawa api yang tampak itu, mudah mudahan dapat kita jadikan diang untuk memanaskan badan. Musa berjalan menuju tempat itu, melampaui jurang yang dalam. Dia akhirnya tiba di bawah se batang pokok zaitun yang rendang dekat kepada api yang kelihatan dari jauh tadi. Pokok inilah dalam sejarah yang dimasyhurkan, dengan nama Syajar Musa. Tiba tiba dengan terang Musa mendengar suara: Hai Musa, Aku inilah Allah Tuhanmu. Maka itu tanggalkanlah kedua kasutmu, karena sesungguhnya engkau berada di lembah suci Tuwan. Dan Aku memilih engkau menjadi UtusanKu, sebab itu dengarlah baik-baik apa apa yang akan diwahyukan kepadamu: Sesungguhnya Akulah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Sebab itu sembahlah akan Daku, dan dirikanlah sembahyang untuk mengingatkan Aku. Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, hampir Aku sembunyikan rahsia, agar tiap manusia akan dibalas apa saja yang pernah dilakukannya. Janganlah engkau dapat dipalingkan dari kepercayaan ini oleh orang yang tidak percaya, yang hanya memperturutkan hawa nafsunya, agar engkau jangan sampai celaka kerananya. Inilah wahyu pertama dari Tuhan yang diterima Musa sebagai putusan, bahawa dia telah diangkat menjadi Rasul, pangkat yang sesuai dengan kebesaran jiwa, kesucian hati dan kesabarannya. Apakah yang engkau pegang di tangan kananmu itu, hai Musa? bunyi suara itu selanjutnya. Musa mulai menjawab akan suara wahyu itu: Ini adalah tongkatku, tempat saya bertekan dan pula saya pergunakan untuk menghalau kambing gembalaku dan lain lain keperluan. Kemudian Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk melemparkan tongkat itu. Baru saja tongkat itu dilemparkan oleh Musa ke tanah, tiba tiba tongkat itu menjadi ular yang tampaknya kecil saja, tetapi lama kelamaan semakin besar juga, akhirnya menjadi sangat besar, sehingga tampaknya dapat berbahaya terhadap apa dan siapa saja. Melihat ular sebesar itu, Nabi Musa mulai ngeri dan takut, sehingga ia lari sekuat kuatnya. Tuhan lalu berfirman kepadanya: Jangan takut wahai Musa, sesungguhnya orang yang telah diutus itu tidak boleh takut takut. Peganglah kembali pasti dia kembali sebagai semula menjadi tongkatmu. Mendengar firman Allah itu, baru Musa sedar, bahawa kepadanya selain telah diberikan keterangan dan kenyataan-kenyataan, pula diberikan kekuatan mukjizat yang maha hebat, yang terletak pada tongkatnya itu. Jiwanya mulai tenang dan perasaannya menjadi lega. Insaf benar dia sekarang, bahawa ia telah menjadi Nabi dan Rasul Allah. Dia mengucapkan syukur ke hadrat Allah, atas segala pemberian yang sangat berharga itu. Kembali Tuhan berfirman kepada Musa: Kepitlah tanganmu ke dalam ketiakmu, ya Musa, nescaya tanganmu itu akan menjadi putih bersih yang berkilat kilat, tetapi bukan karena penyakit. Pangkulah kedua tanganmu itu, bila engkau dalam ketakutan. Inilah dua keterangan (mukjizat) dari Tuhanmu (iaitu tongkat menjadi ular, tangan menjadi putih berkilat kilat), untuk menjadi senjata bagimu. Sekarang berangkatlah kamu, hadapilah Firaun serta kaumnya para bangsawan, sungguh mereka itu kaum perosak. Kedua mukjizat yang luar biasa ini telah dapat menetapkan hati Musa untuk menjalankan semua perintah yang diberikan Tuhan terhadap manusia dan untuk menghadapi keingkaran Firaun serta kaumnya, sehingga kekerasan Firaun akan dapat dihadapinya dengan kekerasan pula.


Halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (Menu)
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 139 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-19 / 1 / 1 / 3360
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham