XtGem Forum catalog
Arifin Martapura

Arifin Martapura

Penting ! file-file di sini sangat sensitif, jadi bersabarlah untuk mendownload file-file di sini.
Musa dan para pengikutnya mengambil tempat di salah satu bahagian dari tanah baru yang ditemuinya itu. Kiranya adalah termasuk daerah Tur Sina, di hujung utara Laut Merah. Untuk kaum pengikutnya yang banyak itu, Musa menginginkan peraturan hidup yang tertentu, yang harus dijalankan agar jangan terjadi kekacauan mengenai moral atau kebendaan. Sebab itu Musa memohon kepada Tuhan, agar kepadanya diturunkan sebuah Kitab, dengan Kitab mana Musa dapat memberikan petunjuk dan pedoman bagi pengikutnya. Untuk mengabulkan permohonan Nabi Musa ini, Allah memerintahkan kepada Musa, agar menyucikan diri lebih dahulu dengan cara berpuasa tiga puluh hari lamanya. Sehabis menjalankan puasa itu, Musa diperintahkan Allah untuk datang ke Tur Sina, di mana Musa akan mendapat kesempatan untuk bercakap cakap dengan Allah, pula Tuhan akan menganugerahkan sebuah Kitab, di mana terdapat banyak petunjuk dan peraturan hidup yang dihajatkan Musa itu. Untuk pergi ke Tur Sina, Musa memilih tujuh puluh orang di antara kaumnya, untuk lebih dahulu pergi ke Tur Sina itu, Musa akan berangkat ke sana, sesudah yang tujuh puluh orang itu berangkat. Sesudah tiga puluh hari lamanya berjalan, akhirnya sampailah Musa di Tur Sina. Tetapi ternyata kaumnya yang berjumlah tujuh puluh orang itu belum juga sampai di sana, lalu diutusnya seorang utusan untuk menyelidiki apakah yang terjadi atas kelambatan kaumnya itu, dengan pesan agar mereka segera datang di Tur Sina. Akhirnya Musa mempunyai pendapat, bahawa lebih baik dia lekas sampai di Tur Sina menemui Tuhannya, dengan berpendapat bahawa kedatangannya yang lebih cepat dari waktu yang ditetapkan itu, lebih menyenangkan bagi Allah. Tetapi kemudian Tuhan memerintahkan kepadanya, agar Musa menunggu sampai bilangan empat puluh hari sejak waktu ia berangkat. Setelah sampai pada waktu yang ditentukan itu, lalu Musa berangkat seorang diri menemui Tuhannya di Tur Sina (di puncak gunung Sinai). Segala urusan kaumnya yang ditinggalkan itu, oleh Musa diserahkan kepada Nabi Harun sebagai wakil atau wazirnya, iaitu untuk mengatur dan mengamati mereka, sampai kembalinya Musa yang akan membawa amanat Tuhan Yang Maha Tinggi. Di puncak gunung Sinai, Musa telah bercakap cakap dengan Tuhannya, suatu kejadian yang belum pernah dialami oleh seorang manusia, selain oleh Nabi Musa sendiri. Dalam percakapan itu Allah menjelaskan hakikat ilmu agama kepada Musa, begitu pula mengenai pedoman dan petunjuk, aturan dan hukum yang tidak boleh dilanggar. Sehabis percakapan itu, Musa memohon pula kepada Tuhan agar kepadanya diberikan kesempatan untuk dapat melihat sendiri akan rupa Allah, kerana selain keinginan dia sendiri, hal yang demikian itu telah pernah diminta oleh kaumnya, agar mereka diberikan kesempatan untuk dapat melihat Allah. Permintaannya itu dijawab oleh Tuhan: Engkau tidak dapat melihatku. Tetapi menolehlah engkau ke gunung itu. Bila gunung itu masih tetap di situ, maka engkau akan dapat melihat Aku. Baru saja Musa menoleh ke arah gunung yang dimaksudkan itu, tiba tiba gunung tersebut bergerak gerak, lalu tenggelam masuk ke perut bumi. Melihat pemandangan yang luar biasa itu, gementarlah tubuh Musa, ia tertunduk dan bersimpuh sujud menyembah Tuhannya. Dengan rahmat Allah, Musa dipeliharakan dari keadaan yang luar biasa itu, hatinya ditenangkan kembali, lalu Musa berdiri dan mengucapkan tasbih, menyucikan dan membesarkan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Setelah menerima Kitab yang berisikan segala sesuatu yang diperlukan oleh Bani Israel, yang berisi pelajaran dan ketegasan dari tiap tiap segala sesuatu, lalu Musa berkata: Ya Tuhan, sungguh aku telah Engkau beri kemuliaan yang belum pernah Engkau berikan kepada orang lain, selain terhadapku. Tuhan berfirman kepada Musa: Hai Musa, Aku telah memilihmu menjadi pembawa risalahKu dan perkataanKu untuk manusia. Maka ambillah apa yang telah Aku berikan ini dan berterimakasihlah engkau kepadaKu ! Bani Israel telah menunggu nunggu akan kedatangan Musa lebih kurang tiga puluh hari lamanya sejak pemergiannya. Menurut perjanjian Musa, sesudah tiga puluh hari itu, Musa sudah pasti berada kembali di tengah tengah mereka. Akan tetapi tiga puluh hari sudah berlangsung, namun Musa belum juga datang, kerana Musa diperintahkan Tuhan menunggu sampai empat puluh hari, sebagai diterangkan di atas tadi. Kerananya, maka timbullah berbagai pendapat dan sangkaan di antara Bani Israel yang ditinggalkannya itu. Ada yang menuduh, bahawa Musa telah memungkiri janjinya. Musa telah meninggalkan mereka dan pergi sendirian buat selama lamanya, di tengah malam yang gelap, di tempat yang tidak dikenali. Mereka mulai mencari orang yang akan dapat di jadikan pemimpin mereka yang baru, yang akan menunjuki agar hidup mereka jangan tersesat. Ketika itu, melihat keadaan Bani Israel yang demikian rupa, timbullah kemahuan buruk dalam jiwa seorang pengikut, yang bernama Samiri. Kesempatan itu dipergunakan untuk menyesatkan Bani Israel yang sedang dalam kegelisahan itu. Berkatalah dia kepada mereka: Musa tidak akan kembali lagi kepada kita, dia sudah pergi untuk kepentingan dirinya sendiri, dia telah melanggar janjinya kepada kita, lebih baik kamu mencari Tuhanmu sendiri. Kebodohan dan kesesatan Bani lsrael itu, dipergunakan olah Samiri untuk menyesatkan dan lebih memperbodohkan mereka lagi. Samiri menyalakan api, membentuk sebuah patung merupakan anak sapi jantan, tetapi dapat bersuara kerana sihirnya. Patung yang dibuat Samiri ini dengan segera menjadi fitnah besar di kalangan mereka. Patung itu disembah mereka, dan itulah tuhan, kata mereka atas anjuran dari Samiri pula. Harun berusaha keras untuk mengembalikan mereka dari kesesatan yang nyata itu dengan bersusah payah, serta bersedih hati dan cemas. Berkata Harun kepada mereka: Hai kaumku, engkau telah difitnah dengan adanya patung itu. Tuhanmu yang sebenarnya adalah al-Rahman, ikutlah akan kataku dan taatilah perintahku. Kata kata Harun ini mereka jawab: Kami tidak akan berhenti menyembahnya, sampai datangnya Musa kembali kepada kami. Harun berusaha keras menenangkan suasana yang mulai kacau, lebih lebih lagi terhadap orang yang belum tersesat, yang masih tetap berpegang kepada ajaran yang benar, agar mereka jangan tersesat pula. Harun mulai khuatir, kalau kalau timbul kekacauan dan pertempuran antara yang tersesat dengan yang taat. Kepada Musa yang masih bertekun di hadapan Tuhannya, segera diwahyukan Tuhan kepadanya, tentang keadaan yang telah terjadi di kalangan kaum yang ditinggalkannya itu. Diberitahukan pula oleh Tuhan, bahawa kaumnya yang ditinggalkannya hanya selama empat puluh hari itu, sudah dapat disesatkan olah seorang yang bernama Samiri. Sesudah selesai pertekunan Musa di hadapan Tuhannya, dia segera kembali mendapatkan kaumnya, Mereka yang tersesat itu, didapati Musa. sedang menari nari di keliling patung yang mereka sembah itu, dengan suaranya yang hiruk pikuk, tanda bergembira mempunyai tuhan yang baru. Hati Musa mulai marah, mukanya merah padam, terus menuju menemui Harun. Dipegangnya kepala dan janggut Harun, lalu ditariknya kepadanya dan berkata: Kenapa engkau biarkan saja mereka sesat begini rupa, mengapa tidak engkau jalankan apa yang sudah kuperintahkan, tidak engkau padamkan api yang sedang menyala yang menimbulkan kejahatan dan kekafiran itu? Dengan mengeluh dan penyesalannya, Harun berusaha menenangkan hati Musa, agar kembali lunak serta menaruh kasihan terhadapnya dengan berkata: Hai anak ibuku sendiri, janganlah engkau menarik kepala dan janggutku dahulu, mereka begitu banyak sedangkan aku seorang diri; hampir saja aku dibunuh olah mereka. Janganlah engkau bertindak terhadapku sebagai tindakanmu terhadap kaum yang sesat itu. Saya takut mengambil tindakan kekerasan terhadap mereka, kalau mereka sudah tidak menghiraukan kata kataku lagi dan pula saya takut kalau kalau akan menimbulkan perpecahan yang sangat buruk. Mendengar itu, kemarahan Musa mulai berkurang, mulailah ia berkata kata dengan tenang, segera dihampirinya pengkhianat yang telah menyebarkan fitnah besar itu, lalu berkata: Apakah maksudmu dengan cara ini, ya Samiri? Maka menjawablah. Samiri: Saya mendapat akal yang tidak diperoleh mereka. Aku ambil se kepal tanah bekas jejak Rasul, lalu aku tiup dengan kepandaian sihirku, kerana demikianlah yang disenangi oleh nafsuku. Kepada orang banyak yang sesat itu, lalu Musa berkata: Apakah kamu menyalahi janjimu itu? Mereka segera menjawab: Kami menyalahi janji itu bukan kehendak kami sendiri, tetapi kami sengaja disesatkan oleh Samiri yang telah membuat patung berupakan sapi kecil dan pandai bersuara, maka itulah kami tersesat dari jalan yang benar. Akhirnya mereka menyesali akan kesesatannya dan meminta agar kepada mereka itu diberikan keampunan dengan berkata: Kalau kiranya Tuhan tidak mengasihi kami dan tidak memberi keampunan kepada kami, sungguh kamilah orang yang rugi. Berkata pula Musa: Tetapi kamu sendiri telah berbuat kesalahan, dengan menjadikan patung itu sebagai tuhanmu ! Segera mereka menjawab: Apakah daya kami sekarang ini, wahai Musa? Bertaubatlah kamu kepada Tuhanmu, jawab Musa. Tetapi dengan cara bagaimanakah taubat yang dikehendaki Allah itu? tanya mereka pula. Musa lalu menanyakan kepada Tuhan, bagaimanakah caranya mereka harus bertaubat. Setelah didapatinya wahyu Tuhan, lalu Musa berkata kepada mereka: Kamu bertaubat kepada Tuhan, dengan cara membunuh dirimu sendiri, pasti Tuhan akan memberi taubat kepadamu, kerana Tuhan itu adalah Pemberi taubat lagi Pengasih. Mereka yang telah tersesat itupun tunduk kepada ajaran Nabi Musa, segera mereka bertaubat dan membunuh dirinya masing masing dan Tuhan pun memberi ampun atas pertaubatan mereka itu. Tetapi Samiri sendiri tidak mahu menjalankan taubat yang telah diperintahkan Tuhan itu. Dia tetap hidup, namun tak seorang juga manusia yang diperbolehkan bergaul dengan dia selama hidupnya itu. Umurnya dipanjangkan Tuhan, dengan maksud untuk memberikan seksa kepadanya di dunia ini. Akhirnya dia tetap akan mati, kemudian dia akan diseksa oleh Allah pula di akhirat dengan seksaan yang lebih berat lagi. Patung yang berupakan sapi kecil itu, dibakar oleh Musa dan dilemparkan ke dalam laut, Dengan ini berakhirlah kesesatan dan kekacauan yang ditimbulkannya itu.


Halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (Menu)
SHARE KE:
Twitter Google+

Sekitar 139 hari lagi kita akan memperingati; Hari Raya Idul Adha - 1435 H ^_^

ATAU TEMUKAN ARIF DI:
Facebook Twitter Google+
© 2011-06-19 / 2024-05-19 / 1 / 1 / 3198
www.arifmtp.wapsite.me
Didukung: xtgem.com / syntax / template / graham